Santri Ponpes Tirtohargo Positif Covid-19 Dipindah ke Shelter, Bupati: Agar Mudah Dipantau

santri dari Ponpes Tirtohargo dipindahkan ke shelter SKB

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Senin, 16 Agustus 2021 | 15:30 WIB
Santri Ponpes Tirtohargo Positif Covid-19 Dipindah ke Shelter, Bupati: Agar Mudah Dipantau
Santri dari Ponpes Tirtohargo yang terkonfirmasi positif Covid-19 dipindah ke shelter SKB pada Minggu (16/8/2021). (SuaraJogja.id/HO-Instagram Dinkes Bantul)

SuaraJogja.id - Sebanyak 36 santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Tirtohargo mulai dipindahkan ke isolasi terpusat (isoter) di shelter SKB pada Minggu (15/8/2021). Pemindahan santri-santri itu dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan, mereka yang menjalani isolasi mandiri (isoman) lalu dipindah ke isoter agar mudah memantau kondisi kesehatan santri yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kendati demikian, pemantauan sesuai dengan kategorinya bergejala ringan atau tak bergejala. 

"Memang yang isoman memiliki kerentanan bisa menularkan kami anjurkan untuk pindah di shelter. Ada lima shelter di Bantul yang masih mungkin menerima evakuasi dari warga yang soman dari rumah-rumah itu," ujar Halim, Senin (16/8/2021). 

Menurutnya, warga yang sedang isoman  berpotensi menularkan virus ke anggota keluarga yang lain. Maka sebaiknya yang bergejala sedang atau rumahnya dinilai kurang memadai untuk isolasi diminta pindah ke isoter.

Baca Juga:Bantul Mulai Vaksin Ibu Hamil, Target 70 Bumil Tervaksinasi Dosis Pertama

"Semisal kondisi rumahnya kecil atau cuma punya kamar satu sampai dua ruangan sebaiknya pindah ke isoter," katanya.

Namun, tidak mungkin yang seluruh orang yang isoman dipindah ke isoter karena  tempatnya terbatas. Total kapasitas shelter milik Pemkab Bantul maksimal hanya dapat menampung 300 orang.

"Padahal jumlah yang isoman di rumah sampai hari ini ada sekitar sembilan ribu orang. Jadi enggak mungkin semuanya dibawa ke shelter isoter karena tempatnya terbatas," terangnya. 

Lebih lanjut Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bantul itu mengungkapkan, sejumlah faktor penyebab orang meninggal saat isoman di rumah. Pertama, orang yang tertular Covid-19 masih bercampur dengan anggota keluarganya. Kedua, antrean panjang di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19.

"Hampir setiap hari ini kami menerima informasi banyak warga Bantul yang tidak bisa mengakses RS rujukan. Kalau pun bisa diterima, kondisinya sudah memburuk," katanya.

Baca Juga:Tegas! Salah Gunakan Oksigen Gratis, Pemkab Bantul Bakal Polisikan Pelaku

Faktor ketiga orang yang meninggal saat isoman didominasi pasien yang punya penyakit penyerta (komorbid) dan lanjut usia (lansia). Terakhir yaitu banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 lalu  melakukan tes mandiri namun hasil tesnya tidak dilaporkan ke puskesmas.

"Sebagian masyarakat yang kena Covid-19 melakukan tes mandiri di klinik-klinik namun hasilnya tidak dilaporkan ke puskesmas. Sehingga petugas tidak bisa memantau kondisinya secara memadai," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak