Karya Terbaru M Aan Mansyur, "Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu" Rilis Bulan Ini

Setidaknya akan ada 36 judul sajak yang Aan Mansyur tulis sendiri di dalam buku terbarunya itu.

Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 04 Oktober 2021 | 13:35 WIB
Karya Terbaru M Aan Mansyur, "Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu" Rilis Bulan Ini
Buku terbaru dari Aan Mansyur - (SuaraJogja.id/HO-Aan Mansyur)

SuaraJogja.id - M Aan Mansyur tentu sudah bukan nama yang asing di dunia sastra Indonesia. Terbaru, panyair asal Bone, Sulawesi Selatan itu akan kembali merilis karya terbarunya dalam waktu dekat.

"Jadi buku sajak ini, bahan dasarnya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang hilangnya imajinasi hidup bersama," kata Aan Mansyur kepada awak media, Senin (4/10/2021).

Setidaknya akan ada 36 judul sajak yang Aan Mansyur tulis sendiri di dalam buku terbarunya itu. Sajak-sajak itu lahir selama masa pandemi Covid-19 ini berlangsung.

Menurutnya ada sangat banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan dalam sajak-sajak itu. Dengan berbagai isu yang juga begitu beragam di dalam setiap sajaknya.

Baca Juga:Penyair Joko Pinurbo: Bahasa Sehari-Hari Bisa Jadi Bahan Menulis Puisi

"Hilangnya banyak 'kita', kita dalam sajak ini bukan hanya kita manusia, tapi juga berarti bahwa manusia hanya bagian kecil dari kita yang lebih besar," ujarnya.

Tak hanya isu dan pertanyaan, menilik secara bentuk pun, kata Aan, juga bakal terasa sangat beragam. Ia menyebut bahwa puisi tidak hanya dilihat sebagai satu genre saja tetapi sebagai sistem penyampaian atau medium yang digunakan.

"Ini bisa digambarkan oleh kutipan Aurde Lorde di awal buku 'Tidak ada itu perjuangan isu tunggal, karena kita tidak menjalani masalah hidup tunggal'. Kira-kira begitu," tuturmya.

Serupa dengan setiap karya Aan Mansyur sebelumnya, frasa-frasa yang dituangkan dalam karya terbaru ini begitu hidup dan cerdas. Dalam bukunya ini ia menggandeng Wulang Sunu untuk menafsirkan secara visual sajak-sajak yang tertuang di bukunya.

Dari sebuah ilustrasi itu lalu menambah nyawa dan kekuatan tersendiri atas apa yang telah ditulis. Ada gambar gajah sebagai salah satu ilustrasi yang muncul dalam buku ini.

Baca Juga:Workshop Teater Jarak Jauh Indonesia-Jepang

"Setiap kali melihat gambar-gambar hewan yang besar, seperti gajah, saya sedih. Mereka itu binatang paling menyedihkan menurut saya, susah sekali menghindari moncong senjata. Dan itu metafora yang pas banget dengan sajak-sajak di buku ini," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak