Menurut lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) tahun 1975 itu, dia dikenalkan dengan wayang oleh orang tuanua sejak masih kecil. Saat itu dia sering diajak menonton wayang di Sasana Hinggil dekat alun-alun selatan.
"Dulu waktu kecil sering diajak nonton wayang di Sasana Hinggil. Akhirnya sampai sekarang saya suka dengan bentuk, cerita, wayang," katanya.
Lantas pada 1974 silam Herjaka mulai melukis. Lima tahun kemudian ia mengusung tema wayang purwa.
"Pada 1980 sampai saat ini saya sudah membuat sekitar 2.700 lukisan. Sebagian besar bertema wayang," ujar pria yang pernah kuliah di IKIP jurusan seni rupa tahun 1985.
Baca Juga:Omicron Masuk ke Indonesia, Bantul Tak Akan Lockdown Saat Natal dan Tahun Baru
Lukisan-lukisan tersebut dijual baik secara daring, pameran, maupun kenalannya.
Peminatnya kebanyakan berasal dari luar DIY. Yang paling laris adalah lukisan wayang bertema kerohanian. Bahkan karyanya tersebut terjual hingga ke Amerika.
"Kalau paling jauh itu ya laku sampai Amerika, Belanda, Perancis, Australia, Belgia, Jerman. Seperti di Prancis itu karena awalnya saya ikut pameran," ungkapnya.
Untuk harga per lukisannya, ia enggan menjawab. Sebab, Herjaka memang tidak begitu mementingkan berapa rupiah karyanya bisa laku terjual, karena ia lebih bertujuan untuk menebar kebaikan melalui media lukis.
"Masih puluhan juta per lukisan, sebenarnya masalah harga itu nomor dua. Wong pernah ada orang saking sukanya sama lukisan saya mau beli tapi kurang uangnya, yasudah tidak apa-apa dicicil," tambahnya.
Baca Juga:Pantai di Bantul Tak Tutup Saat Tahun Baru, Bupati Ingin Kepercayaan Wisatawan Saat Wabah