Ada Lima Jenis, Kenali Gangguan Irama Jantung Aritmia yang Bisa Dialami Anak-Anak

Detak jantung yang tak beraturan tidak boleh dipandang sebelah mata.

Eleonora PEW
Rabu, 23 Februari 2022 | 10:09 WIB
Ada Lima Jenis, Kenali Gangguan Irama Jantung Aritmia yang Bisa Dialami Anak-Anak
Ilustrasi jantung (Elements Envato)

SuaraJogja.id - Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang tidak normal dan dapat membuat kinerja jantung menjadi kurang efisien. Kondisi ini pun bisa terjadi pada siapa pun, termasuk anak-anak.

Penjelasan terkait aritmia ini diterangkan oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Dicky Armein Hanafy dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

Dicky dalam keterangan resmi, Rabu, menjelaskan, jenis aritmia yang dapat dialami anak-anak, antara lain Takikardia (detak jantung cepat), Bradikardia (detak jantung lambat), Sindrom Q-T Panjang, dan Sindrom Wolff-Parkinson-White.

Meskipun ada jenis aritmia yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan tindakan khusus, detak jantung yang tak beraturan tidak boleh dipandang sebelah mata.

Baca Juga:Gejala Aritmia pada Anak, Kondisi Gangguan Irama Jantung yang Bisa Sangat Berbahaya

Apabila mendapati gejala yang tidak biasa, sepatutnya orangtua waspada mengingat jantung adalah salah satu organ vital tubuh.

Dampaknya akan menjadi lebih serius ketika anak merasakan gejala seperti berdebar, pusing, tubuh lelah dan lemas, wajah terlihat lebih pucat, sulit bernapas, hilang kesadaran, nyeri pada dada, detak jantung keras atau palpitasi, anak menjadi mudah marah dan kehilangan nafsu makan, serta kejang-kejang. Pada kasus berat, aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke bahkan kematian mendadak.

Dicky menjelaskan, cara mengobati penyakit jantung pada anak seperti aritmia tergantung dari jenisnya. Dulu, satu-satunya cara mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat- obatan.

Namun, pemberian obat pada umumnya tidak efektif karena harus dipantau dengan ketat dan memiliki efek samping yang tidak diharapkan.

“Saat ini ada pilihan terapi lain bagi pasien aritmia, yakni Ablasi Frekuensi Radio yang menggunakan sebuah instrumen kecil dengan energi panas untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal penyebab aritmia,” ungkap anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Baca Juga:Penyebab Jantung Berdebar Paling Umum, Kondisi Medis dan Obat-obatan Bisa Pengaruhi

Tindakan Ablasi 3 Dimensi dilakukan dengan menggunakan HD Grid 3D Mapping System. Teknologi ini diyakini memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, baik yang simple maupun kompleks.

Paradigma lama menggunakan kateter bipolar, sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional sehingga dapat mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar.

“Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan, yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi,” tambah dia.

Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan HD Grid mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10 persen setahun pasca tindakan, yang artinya 5-6 kali lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama. Kelebihan lainnya juga dari waktu tindakan yang bisa lebih cepat.

Pada aritmia dengan detak jantung lambat, penggunaan obat-obatan umumnya tidak efektif sehingga perlu dilakukan pemasangan alat pacu jantung permanen (Permanent Pacemaker).

Pada anak, umumnya tindakan ini menjadi lebih sulit karena besarnya ukuran pacemaker. Tetapi dengan perkembangan teknologi, saat ini sudah tersedia alat pacu jantung yang lebih kecil dan tanpa kabel. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak