SuaraJogja.id - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat produksi cabai keriting sebanyak 594 ton dan cabai rawit sebanyak 110,76 ton pada November 2023 ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Rismiyadi di Gunungkidul, Selasa, mengatakan luasan lahan panen cabai pada November berdasarkan data statistik hortikultura cabai keriting 33 hektare dan cabai rawit 6,1 hektare.
"Produksi cabai pada musim kemarau di Gunungkidul tidak banyak, namun sedikit dapat menekan kenaikan harga cabai di tingkat pasar rakyat," kata Rismiyadi.
Ia mengatakan tingginya harga cabai di tingkat petani disebabkan oleh beberapa faktor, seperti petani kesulitan air untuk menyiram tanaman, petani menggunakan pupuk non subsidi karena komoditas tanaman cabai tidak mendapat subsidi pupuk dan tingginya permintaan.
Baca Juga:Luas Panen Padi di Gorontalo Meningkat 48,83 Ribu Hektar
"Petani bisa mendapatkan keuntungan. semoga lebih semangat lagi menanam cabai ke depannya," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Distribusi, Dinas Perdagangan Gunungkidul Retno Utami mengatakan harga cabai di pasaran Gunungkidul mulai merangkak naik.
Kenaikan sudah terlihat pada Sabtu (28/10), cabai rawit merah dipatok Rp55.000 per kilogram. Sedangkan pada Rabu (1/11) dipasarkan di kisaran Rp70.000 per kilogram.
Hal yang sama juga terlihat pada cabai rawit hijau. Sepekan lalu masih di kisaran Rp40.000, tapi sekarang dipatok Rp50.000 per kilogram.
Adapun kenaikan juga terjadi pada komoditas cabai keriting. Untuk cabai merah keriting naik dari Rp25.000 menjadi Rp27.000 per kilogram dan jenis biasa dipatok dari Rp35.000 menjadi Rp43.000 per kilogram.
Baca Juga:Dampak Kemarau, Kanal di Makassar Ini Dipenuhin Eceng Gondok
Saat ini, harga cabai rawit merah berkisar Rp70.000 per kilogram dan cabai keriting di kisaran Rp43.000 per kilogram.
“Untuk yang cabai hijau juga sama mengalami kenaikan harga,” kata Retno.
Menurut dia, salah satu penyebab kenaikan cabai dikarenakan turunnya pasokan di pasaran. Sesuai dengan hukum ekonomi, pada saat pasokan menurun, sedangkan di sisi permintaan tetap tinggi, maka harga barang akan berangsur-angsur naik.
Retno berpendapat, turunnya pasokan karena petani cabai belum memasuki masa panen. Di sisi lain, pemeliharaan juga terpengaruh kemarau panjang sehingga mempengaruhi stok.
“Memang sekarang belum masa panen. Jadi, pasokan di pasaran berkurang,” katanya.