Kopi Biji Salak, Hasil Panen Perpustakaan Muda Bhakti Desa Ngablak

Bukan cuma literasi, perpustakaan Muda Bhakti juga melahirkan pemberdayaan masyarakat yang nyata.

Husna Rahmayunita | Fita Nofiana
Rabu, 14 Agustus 2024 | 18:16 WIB
Kopi Biji Salak, Hasil Panen Perpustakaan Muda Bhakti Desa Ngablak
Perpustakaan Desa Ngeblak (Suara/Fita Nofiana)

SuaraJogja.id - Perpustakaan Muda Bhakti di Desa Ngablak, Srumbung, Kabupaten Magelang jadi percontohan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Muda Bhakti bukan hanya menjadi perpustakaan tempat menyimpan literatur, namun juga wadah warga berkegiatan.

Salah satu warga Ngablak, Achmad Ridwan (39) merasakan betul manfaat perpustakaan desa untuk dirinya dan masyarakat. Berawal dari baca buku hingga nonton YouTube di perpustakaan, siapa sangka Ridwan bisa membuat produk minuman dari biji salak.

Achmad Ridwan (Instagram/bukenza)
Achmad Ridwan (Instagram/bukenza)

Diketahui 90 persen masyarakat Desa Ngablak berprofesi sebagai petani salak. 

“Sebelumnya sempat jadi guru honorer hingga akhir 2013, akhirnya pindah haluan di perangkat desa,” kata Ridwan pada wartawan, Rabu (14/8/2024).

Baca Juga:Jadi Terdakwa pada Kasus Racun Kopi Sianida, Ini Hubungan Dekat Jessica Wongso dan Wayan Mirna Salihin di Australia

Pada tahun 2016, Ridwan mengaku diminta untuk membuat sebuah program di perpustakaan. Hal ini membuatnya memiliki ide untuk berinovasi membuat kopi dari biji salak.

“Kemudian kami berinovasi buat minuman dari produk biji salak yang jadi komoditas utama,” ujar Ridwan.

“Desa kami kan banyak olahan kayak dodol salak,  salak nglumut. Lewat literasi dan internet di perpus kami berusaha bikin ini dari biji salak sebagai minuman mirip kopi hingga sering disebut kopi biji salak,” imbuhnya.

Ridwan menyebutkan biji salak didapatkan dari limbah produksi manisan salak. Hal ini membuat produknya minim modal produksi.

“Biaya terbesar cuma di pengolahan,” tutur Ridwan.

Baca Juga:Bos BRI Optimistis Bisnis Kopi Masih Akan Tumbuh dan Berkembang

“Jadi pembuatannya sudah kayak kopi, dibersihkan, dijemur, di-roasting,” tambahnya.

Produk kopi biji salak dari Desa Ngablak itu sudah dipatenkan bahkan dijual di marketplace. Pihak Ridwan juga sudah mendapat tawaran bekerjasama dengan sebuah CV untuk pengemasan ulang

Kopi Bukenza (Instagram/Bukenza)
Kopi Bukenza (Instagram/Bukenza)

“Mulanya jual door to door setelah ada pelatihan dapat jual 100 sampai 150 per bungkus tiap bulan. Dengan pelatihan tersebut kami dipinang CV untuk kerjasama, dengan kami mengirimkan produk curah untuk di repackage CV Salak Food,” paparnya.

Menurut Ridwan, kopi biji salak juga bisa jadi alternatif minum kopi untuk para penderita hipertensi.

“Ini juga bisa jadi obat darah tinggi, makanya tagline kami adalah solusi ngopi bagi orang yang enggak boleh ngopi, orang darah tingginkan enggak boleh ngopi tapi pingin ngopi ya ini solusinya,” ungkap Ridwan. 

Ridwan menyebut merk kopinya yang bernama Bukenza itu bakal mencoba pasar internasional dengan bantuan CV Salak Food. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini