960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terjerat Judi Online, Ini Cara Kampus di Jogja Mengatasinya

Layanan konsultasi dibuka bagi mahasiswa hingga malam hari.

Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 22 November 2024 | 16:29 WIB
960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terjerat Judi Online, Ini Cara Kampus di Jogja Mengatasinya
Ilustrasi pengamanan situs judi online. [Suara.com/Iqbal]

SuaraJogja.id - Fenomena judi online (judol) di kalangan mahasiswa semakin mengkhawatirkan. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro bahkan menyampaikan sekitar 960.000 pelajar dan mahasiswa di Indonesia terlibat judol.

Kondisi ini pun membuat kampus-kampus di Yogyakarta berpikir keras untuk mengantisipasi masalah judol di kalangan mahasiswa mereka. Sebut saja Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang kini mulai menyediakan layanan konsultasi bagi mahasiswa yang terlibat dalam judol melalui Lembaga Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan Mahasiswa (LPKA). Di tempat ini, UMY memberikan konseling psikologis dengan ruang pribadi yang dijamin kerahasiaannya.

"Layanan ini telah dimanfaatkan oleh lebih dari seribu mahasiswa setiap tahun, yang menunjukkan bahwa masalah kecanduan judi online semakin banyak dilaporkan," papar Wakil Rektor Bidang Akademik UMY, Sukamta di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (22/11/2024).

Menurut Guru Besar Fakultas Teknik ini, layanan konsultasi dibuka bagi mahasiswa hingga malam hari. Kebijakan ini diberlakukan untuk mengantisipasi mahasiswa yang mungkin merasa malu untuk berkonsultasi di siang hari.

Baca Juga:Timses Pede Heroe-Pena Menang Pilkada Yogyakarta, Target 40 Persen Suara Terkunci

Dari evaluasi yang dilakukan kampus, sekitar 90 persen mahasiswa yang mendapatkan pendampingan di LPKA merasa terbantu. Mereka akhirnya juga lebih siap menghadapi masalah mereka.

"Kita beri pendampingan dan bantuan agar mahasiswa lepas dari judi online," jelasnya.

Hal senada dilakukan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang mengambil langkah-langkah preventif dan kuratif untuk mengatasi masalah judol. Diantaranya melalui pendekatan edukasi yang berbasis pada literasi keuangan, pengawasan internet, serta layanan konseling psikologis dan agama.

"Kami harapkan mahasiswa dapat terhindar dari jebakan judi online dan fokus pada pengembangan diri. Upaya-upaya ini tidak hanya mendukung mahasiswa dalam menghadapi tantangan, tetapi juga membantu mereka untuk menjadi generasi yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi dunia profesional," ujar dia.

Sosialisasi bahaya judol diberikan kepada mahasiswa baru melalui program Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Dalam program ini, mahasiswa diberikan pemahaman mendalam mengenai dampak negatif judol dan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak.

Baca Juga:Akibat Gaya Hidup FOMO, Mahasiswa Paling Banyak Terjebak Pinjol

UAD juga secara konsisten mengadakan seminar dan workshop tentang literasi keuangan setiap tahunnya. Hal ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai risiko judi online yang sering dipromosikan di dunia maya.

"Sejak mahasiswa baru diterima di kampus, kami sudah memberikan panduan terkait bahaya judi online. Kami juga memberikan edukasi tentang literasi keuangan agar mereka tidak terjebak dalam praktik-praktik keuangan yang merugikan seperti pinjaman online dan judi online," papar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UAD, Gatot Sugiharto.

Khusus bagi mahasiswa yang sudah terjebak dalam kecanduan judol, lanjut Gatot UAD menyediakan layanan e-counseling. Melalui layanan ini, mahasiswa dapat berkonsultasi dengan konselor sebaya yang telah dilatih untuk membantu mereka mengatasi masalah pribadi, termasuk kecanduan judi online.

Konselor sebaya akan mengarahkan mahasiswa untuk mendapatkan bantuan dari tenaga ahli atau profesional di bidangnya. UAD juga menyediakan Pusat Konsultasi Bantuan Hukum yang siap memberikan bantuan bagi mahasiswa yang membutuhkan.

"Setiap mahasiswa yang merasa terjebak dalam masalah, termasuk judi online, dapat mengakses layanan e-counseling kami. Kami juga memiliki jaringan konselor profesional yang siap membantu, termasuk psikolog dan psikiater jika diperlukan," kata dia.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak