SuaraJogja.id - Mulanya Yuli Lestari (41) sukses mencatat sejarah di desanya, setelah terpilih menjadi dukuh atau kepala dusun (kadus) perempuan pertama di Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Namun belakangan, ia justru ditolak warga untuk memimpin Dusun Pandeyan, dengan alasan karena ia seorang perempuan.
"Dari awal itu saya tahu, kalau mereka yang menolak itu tidak mau kalau dukuh perempuan, dari awal saya mendaftar warga ada yang menolak. Tapi kenapa saya tetap nekat mas, karena didasarnya hukum undang-undang enggak ada kalau perempuan tidak boleh mendaftar, kan tidak ada," kata Yuli, Sabtu (18/05/2019)
Mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ini bercerita, bahwa ia sudah mengikuti semua prosedur yang ditetapkan. Bahkan termasuk mundur sebagai anggota BPD.
“Peraturannya jelas, WNI, usia 20 sampai 42 tahun, saya 41. Limit ini, terus minimal ijazahnya harus SMA. Untuk tambahan mungkin karena saya BPD, jadi saya harus mundur dari BPD, kalau saya tidak penuhi syaratnya, saya tidak bisa ikut tes,” tambah Yuli.
Baca Juga: Ditangkap di Malaysia, Tiga Teroris ISIS Ingin Bom Gereja di Yogyakarta
Bahkan dalam proses seleksi calon Dukuh Pandeyan, Yuli adalah satu-satunya perempuan dari enam calon yang berkompetisi. Dari akumulasi nilai hasil tes yang diujikan pihak independen dari Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram. Yuli menyabet rangking pertama dengan total skor 73,9.
Selain itu, dari penuturan Yuli, saat mendaftar ia mendapat dukungan 150 KTP melampaui jumlah yang ditetapkan panitia seleksi yang mewajibkan hanya 100 KTP.
“Syaratnya harus ada 100 fotocopy KTP penduduk setempat. Saya mencapai 150-an. Tapi yang tak pakai 100, karena memang yang dibutuhkan 100," kata Yuli.
Yuli tidak mempermasalahkan dan ikhlas terhadap pihak-pihak yang keberatan dengan pengabdiannya sebagai dukuh. Bahkan ia berjanji akan mengunjungi satu persatu ketua RT yang menolaknya.
“Langkah pertama, mereka akan saya kunjungi satu per satu, tapi setelah agak reda. Untuk RT 2 dan 3 ini pelan-pelan saya rangkul sekalian silaturrahmi. Ya rencana memang seperti itu, semua mau tak rangkul. Kita maunya semua itu tetangga, teman, saudara,” harap Yuli.
Baca Juga: Bandara New Yogyakarta International Tingkatkan Perekonomian Masyarakat
Menurut Yuli, demonstrasi dan pemasangan spanduk penolakan terhadap dirinya adalah bentuk ekspresi demokrasi dan dilindungi konstitusi.
"Saya enggak dendam loh mas, lahir batin saya enggak dendam. Sama mereka yang demo, sama mereka yang tanda tangan lahir batin saya nggak dendam. Suatu saat saya yakin mereka pasti butuh saya entah kapan," imbuh dia.
Kontributor : Rahmad Ali
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
-
10 Mobil Bekas Punya Kabin Luas: Harga di Bawah Rp100 Juta, Muat Banyak Keluarga
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
-
Hadapi Jepang, Patrick Kluivert Akui Timnas Indonesia Punya Rencana Bagus
Terkini
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha
-
Masjid Gedhe Kauman Sembelih Puluhan Hewan Kurban, Ada dari Gubernur DIY