SuaraJogja.id - Muhammad Pasha Pramata gusar dan cemas karena tak kunjung menemukan namanya tertera dalam daftar pengumuman penerimaan peserta didik baru di SMPN 2 Karangmojo.
Ia lagi-lagi memeriksa ulang daftar nama lulusan SD yang diterima sebagai siswa baru di SMP tersebut. Tapi berkali-kali juga ia tak menemukan namanya tertera.
Bocah berusia 12 tahun itu akhirnya menangis. Ia tak diterima di SMP itu tanpa alasan jelas.
Pikiran Pasha membucah setelahnya. Ia tahu, nenek dan kakek yang merawatnya sejak kecil tentu tak memunyai uang untuk menyekolahkannya di sekolah swasta atau tempat lebih jauh dari rumah.
“Sempat saya bingung, mencari nama saya tetapi tidak ada. Saya menangis, sedih,” ujar Pasha, matanya berkaca-kaca, Jumat (11/7/2019).
Padahal, ia dan nenek serta kakeknya sudah mati-matian mempersiapkan segala sesuatu agar bisa bersekolah di SMP.
Pada rumahnya di Padukuhan Bulu RT5/RW14 Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat peralatan sekolah baru seperti buku, sepatu, maupun tas.
Pasha hanya bisa tertunduk lesu dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia kecewa, karena Pasha yakin hakulyakin bakal diterima di SMPN 2 Karangmojo.
"Nilai ujian saya di SD ada di tengah-tengah. Kalau dibanding dengan yang lain dan mendaftar di SMP sama, masih ada yang lebih rendah dari saya,” katanya.
Baca Juga: Pasha, Bocah Miskin Terancam Putus Sekolah Akibat Sistem Zonasi
Sugeng, lelaki berusia 51 tahun yang merupakan kakek Pasha, mengakui turut terpukul karena cucunya tak diterima SMPN 2 Karangmojo.
Sebagai tukang pecah batu, Sugeng mengakui tak bisa kalau menyekolahkan Pasha di luar kecamatan.
“Kalau mau bersekolah di luar kecamatan, siapa yang mau mengantar. Sepeda motor tidak punya, dulu kan kalau bisa diterima di SMP 2 Karangmojo, rencananya mau nebeng tetangga yang juga bersekolah di sana,” kata Sugeng.
Kekinian, Sugeng pasrah, tak bisa berbuat apa pun untuk Pasha. Cucunya hingga kekinian belum mendaftar di sekolah lain setelah ditolak SMP 2 Karangmojo.
“Belum daftar, bingung mau daftar di mana. Kalau mau sekolah yang jauh, terus terang saja, tidak ada biaya dan juga fasilitas,” imbuhnya.
Bahkan untuk biaya seragam Rp 950 ribu saja, Sugeng telah menjual satu ekor kambing.
Berita Terkait
-
Pasha, Bocah Miskin Terancam Putus Sekolah Akibat Sistem Zonasi
-
Keruwetan Sistem Zonasi, KPAI Dorong Pemerintah Bangun Sekolah Negeri Baru
-
Banyak Terima Aduan soal Zonasi PPDB, KPAI Minta Segera Dibuat Perpres
-
Evaluasi Posko Aduan PPDB, KPAI: Pesebaran Sekolah Negeri Tidak Merata
-
PPDB Sistem Zonasi SMA 4 Semarang Kacau, 39 Siswa Terlempar Hingga Wonogiri
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
Terkini
-
Stop Saling Tuding! Begini Cara Dosen UGM Sederhanakan Proses Perceraian di Indonesia
-
Jelang Vonis, Pengacara Terdakwa Kecelakaan Maut BMW Minta Hakim Kurangi Hukuman, Ini Alasannya
-
Dompet Digitalmu Bisa Penuh, Ini Cara Aman & Efektif Klaim DANA Kaget
-
Penghormatan Terakhir, Raja Keraton Jogja, Sultan HB X Dijadwalkan Melayat Paku Buwono XIII Besok
-
Pemakaman PB XIII di Imogiri: Menguak Kisah Kedhaton yang Belum Selesai