SuaraJogja.id - Muhammad Pasha Pratama (12), bocah dari kalangan keluarga miskin di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ditolak SMPN 2 Karangmojo tanpa alasan jelas sehingga terancam putus sekolah, menjadi sorotan banyak pihak.
Setelah kasusnya menjadi pemberitaan media-media nasional, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Gunungkidul, Bahron Rosyid mengakui, Pasha adalah satu dari 52 siswa yang ditolak SMPN 2 Karangmojo karena keterbatasan kuota.
Bedanya, 51 siswa yang ditolak itu kekinian sudah mendaftar di sekolah-sekolah swasta terdekat. Tapi Pasha, karena tak memunyai uang, hingga kekinian belum mendaftar ke sekolah lain.
"Saya sebagai seorang muslim kalau ada yang butuh, ya saya bantu. Selain itu dia juga tetangga saya. Saya akan mengajak kolega untuk membantu, baik biaya seragam, dan transportasi, maupun biaya lain," kata Bahron kepada Suara.com, Jumat (12/7/2019) malam.
Selain membantu secara finansial, Bahron berjanji membantu mendapatkan beasiswa untuk Pasha. Salah satunya yang akan diajukan adalah, beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP). Ia berharap tidak ada lagi anak yang putus sekolah karena kendala biaya.
"Jangan sampai itu ada anak tidak sekolah karena biaya, untuk siswa miskin kan ada PIP," ujarnya.
Karena untuk mendapatkan beasiswa PIP itu membutuhkan waktu lama, maka semua biaya yang dibutuhkan Pasha untuk bersekolah sementara ditanggung olehnya.
Bahron berharap, Pasha bisa mendaftar di SMP lain dan semua biaya ditanggung olehnya.
"Tadi keluarganya datang ke kantor saya. Jadi saya sampaikan, silakan dibujuk (Pasha) mau sekolah di mana, suruh pilih. Saya juga ajak kolega saya membantu orang-orang yang sedang membutuhkan.”
Baca Juga: Kakek Jual Kambing buat Seragam, Bocah Miskin Menangis Tak Diterima SMP
Menangis
Muhammad Pasha Pramata gusar dan cemas karena tak kunjung menemukan namanya tertera dalam daftar pengumuman penerimaan peserta didik baru di SMPN 2 Karangmojo.
Ia lagi-lagi memeriksa ulang daftar nama lulusan SD yang diterima sebagai siswa baru di SMP tersebut. Tapi berkali-kali juga ia tak menemukan namanya tertera.
Bocah berusia 12 tahun itu akhirnya menangis. Ia tak diterima di SMP itu tanpa alasan jelas.
Pikiran Pasha membucah setelahnya. Ia tahu, nenek dan kakek yang merawatnya sejak kecil tentu tak memunyai uang untuk menyekolahkannya di sekolah swasta atau tempat lebih jauh dari rumah.
“Sempat saya bingung, mencari nama saya tetapi tidak ada. Saya menangis, sedih,” ujar Pasha, matanya berkaca-kaca, Jumat (11/7/2019).
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Paku Buwono XIII Wafat: Prosesi Pemakaman Raja di Imogiri Akan Digelar dengan Adat Sakral
-
Sleman Darurat Stunting: 4 Kecamatan Ini Jadi Sorotan Utama di 2025
-
3 Link Saldo DANA Gratis Langsung Cair, Buruan Klaim DANA Kaget Sekarang
-
Dibalik Keindahan Batik Giriloyo: Ancaman Bahan Kimia dan Solusi Para Perempuan Pembatik
-
Target PAD Bantul di Ujung Mata: Strategi Jitu Siasati Pengurangan Dana Transfer Pusat Terungkap