SuaraJogja.id - Tidak pernah terpikirkan dalam benak Rani Nuraeni menjadi lulusan terbaik di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran dengan IPK 3,95 dalam wisuda yang digelar, Sabtu (13/7/2019).
Rani hanya anak seorang tukang parkir di Ciamis, Jawa Barat yang pendapatan ayahnya yang tak lebih dari Rp 1 juta per bulan.
Untuk bisa berkuliah, dia harus bersaing dengan anak-anak berprestasi lainnya demi mendapatkan beasiswa bidikmisi dari pemerintah selama tiga tahun lebih.
Sebelum membulatkan tekad mengenyam bangku kuliah, terbersit dalam pikran Rani untuk tidak melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Lantaran, ibunya tidak bekerja dan satu adiknya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Namun keinginannya untuk keluar dari kemiskinan membuatnya berjuang mati-matian menjadi siswa terbaik sejak SD. Tak sia-sia, sejak kelas III SD hingga SMK, perempuan berusia 23 tahun ini selalu menjadi lima siswa terbaik dalam bidang akademik.
Sebelum lulus SMK, putri pertama dari Didi Supriadi ini mencari tahu untuk mendapatkan beasiswa untuk masuk ke PTN. Beruntung, dia mendapatkan informasi untuk bergabung ke Yayasan Forsiremis.
Yayasan itu membantu anak-anak kurang mampu secara ekonomi untuk mendapatkan akses ke perguruan tinggi. Selama di yayasan tersebut, Rani dibantu mendapatkan informasi alur daftar bidikmisi.
"Saya cari info gimana alur daftar ke universitas karena seperti saya kurang paham. Apalagi di sekolah juga tidak menjelaskan secara mendetil," ujarnya.
Rani kemudian mendaftar program bidikmisi di UPN Veteran Yogyakarta pada 2015 lalu. Dia tertarik melanjutkan kuliah di Yogyakarta karena predikat Kota Pelajar yang memiliki banyak perguruan tinggi berkualitas,
Baca Juga: Nge-rap Bareng Juki 'Kill The DJ', Rektor UNY Bikin Wisudawan Bergoyang
Dalam program bidikmisi tersebut, Rani memilih program studi (prodi) Manajemen di Fakultas Ekonomi UPN Veteran Yogyakarta. Latar belakanganya di jurusan Akuntansi saat SMK membuatnya percaya diri untuk memilih program studi tersebut di perantauan.
Tak salah pilih, dia akhirnya diterima masuk ke kampus tersebut sebagai pilihan pertama. Rani bersyukur, meski tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya setiap bulan, pemerintah menjamin biaya hidupnya dengan memberikan bantuan Rp 600 ribu per bulan melalui bidikmisi.
"Merantau bagi anak dari desa seperti saya cukup berat, namun saya bertekad ingin membuat orang tua bangga sekaligus lepas dari kekurangan secara ekonomi. Salah satunya ya lewat pendidikan, saya harus belajar setinggi-tingginya untuk bekal di masa depan," ungkapnya.
Rani mengaku akan terus berjuang untuk masa depannya. Dia tidak akan pernah mau putus asa jika apa yang diinginkan belum tercapai.
"Kita harus terus berjuang, tetap semangat untuk meraih kesuksesan karena tidak ada yang tidak bisa dicapai jika berusaha dan berdoa," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Roy Suryo Desak Kejari Jaksel Tangkap Silfester Matutina: Kalau Sudah Inkrah, Harus Dieksekusi!
- Bukan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia Resmi Gabung ke AC Milan Dikontrak 1 Tahun
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
Pilihan
-
Daftar 5 Sepatu Lokal untuk Lari Harian, Nyaman dan Ringan Membentur Aspal
-
Aremania Wajib Catat! Manajemen Arema FC Tetapkan Harga Tiket Laga Kandang
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
Terkini
-
Mulai Agustus 2025: Pelajar Gunungkidul Bisa Cek Kesehatan Gratis! Ini Targetnya
-
APBD Siap Mengalir: Sekolah Rakyat Sleman Gunakan Tanah Kas Desa, Ini Detailnya
-
Bupati Utamakan Kesehatan Warga, Sebagian APBD Perubahan Bantul Dialokasikan untuk Biaya BPJS
-
Soal Pemblokiran Rekening Pasif oleh PPATK, BRI Angkat Bicara
-
24 Ribu Jiwa di Gunungkidul Krisis Air Bersih: Data Belum Lengkap, Ancaman Membesar