Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Minggu, 28 Juli 2019 | 17:37 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. [Saura.com/Putu Ayu P]

SuaraJogja.id - Muhammadiyah akan memiliki Pusat Kebudayaan Islam terbesar di Indonesia. Kompleks yang akan dibangun di kawasan Imogiri Timur, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut rencananya bakal menampilkan kekayaan Islam di Indonesia.

Pembangunan pusat kebudayaan yang akan dimulai 2020 mendatang tersebut dinilai sangat penting. Sebab, saat ini muncul kekhawatiran generasi muda yang lupa akan sejarah, termasuk sejarah perkembangan Islam di Indonesia.

"Karena anak muda kalau diajari sejarah maka mereka seperti kata Bung Karno (presiden pertama RI), mereka lupa sejarah. Padahal, Islam punya peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan yang bersinegeri dengan golongan lain," ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di sela peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Wirausaha di Kebonagung, Sleman pada Minggu (28/7/2019).

Dengan pembangunan yang ditargetkan selesai 2021 mendatang, pusat kebudayaan Islam tersebut akan jadi contoh proyeksi Indonesia ke depan. Muhammadiyah ingin Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, memiliki masa depan yang lebih baik dalam konteks bangsa yang unggul.

Baca Juga: Tokoh NU dan Muhammadiyah Respon Positif Pertemuan Megawati-Prabowo

Sebab, bila Indonesia lengah maka akan kalah bersaing dengan negara lain. Pusat kebudayaan Islam itu diharapkan dapat menjadi inspirasi dan warisan Islam.

Dibangun empat lantai yang dilengkapi dengan masjid, Muhammadiyah bekerjasama dengan pemerintah pusat dalam membangun pusat kebudayaan itu. Selain itu Muhammadiyah juga sudah mendapatkan izin dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X.

"Pembangunan akan bertahap di satu kompleks besar. InsyaAllah 2021 nanti selesai," ungkapnya.

Di pusat kebudayaan itu, Haedar menambahkan, nantinya akan disimpan sejumlah artefak dan manuskrip Islam. Koleksi itu akan melengkapi Museum Muhammadiyah di Kompleks Kampus UAD.

Masyarakat bisa belajar tentang Islam di pusat kebudayaan tersebut. Apalagi ke depannya, Muhammadiyah juga akan melakukan digitalisasi manuskrip dan artefak.

Baca Juga: Terinsipirasi Jejak Pendiri Ormas, NU dan Muhammadiyah Buat Film Bersama

"Pusat kebudayaan ini juga bisa jadi khasanah karena ada modernisasi, ada perpusatakaan digital untuk tahu kebudayaan di masa lalu yang tidak hanya manusrikp lama tapi juga digital," jelasnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More