SuaraJogja.id - Keraton Yogyakarta kembali akan menggelar Hajad Dalem Sekaten Tahun 2019 pada 1-10 November 2019 mendatang. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini tidak ada Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) lagi.
Dihapusnya agenda pasar malam yang biasanya digelar selama sebulan karena keinginan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X. Salah satunya untuk mengembalikan semangat Sekaten laiknya era awal Kerajaan Mataram Islam di Jawa.
"Memang ini dawuh Dalem (perintah Sultan) sebetulnya. Ngarso Dalem sempat dawuh(memerintah-red) kalau alun-alun kalau setiap tahun dipakai pasar malam maka tidak akan pernah bisa bagus, jadi coba dilakukan dua tahun sekali," ungkap KPH Notonegoro yang menjabat Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta, Kamis (3/10/2019).
Menurut menantu Sultan tersebut, Pasar Malam sebenarnya bukan bagian dari Sekaten yang digelar Kerajaan Mataram selama ratusan tahun. Sekaten digelar untuk mensyiarkan dan memperjuangkan agama Islam. Selain itu jadi wadah dakwah dan memupuk ukhuwah bagi pemeluk Islam yang dipusatkan di Masjid Gedhe Keraton.
Baca Juga: Keraton Yogyakarta Gelar Numplak Wajik untuk Sambut Gerebeg Besar
Pasar malam dalam sejarahnya merupakan siasat pihak kolonial Belanda untuk mengadang syiar Islam dan menutup potensi pemberontakan dari masyarakat. Karenanya, keraton kali ini mengevaluasi penyelenggaraan pasar malam. Apalagi penyelenggaraan pasar malam menyebabkan kerusakan rumput dan terjadi penumpukan sampah di Alun-alun Utara setiap tahunnya.
"Jadi kita coba mengembalikan ke semangat Sekaten awal. Sekalian ini juga untuk (memulihkan) kondisi Alun-alun (Utara) supaya bisa lebih baik," jelasnya.
Suami GKR Hayu ini berharap panita pasar malam memiliki rencana lain terkait pasar malam. Bisa jadi ditiadakan atau dipindah ke tempat lain.
"Kalau yang kuliner nantinya tetap ada di dekat pagelaran. Sedangkan untuk kuliner tradisional ada di dekat masjdi," ungkapnya.
Sementara Wakil Ketua Pameran Sekaten 2019 GKR Bendhoro menjelaskan, penyelenggaraan Sekatan tahun ini menjadi upaya mengembalkam makna Sekatan seperti aslinya.
Baca Juga: Sambut Gerebeg Besar, Keraton Yogyakarta Gelar Numplak Wajik
"Intinya kita mengembalikan semangat sekaten itu dan makna dari sekaten karena orang sekarang sudah mulai melupakan keaslian grebeg sekaten. Malah datangnya untuk pasar malam," ungkap putri bungsu Sultan tersebut.
Berita Terkait
-
Berencana Liburan ke Keraton Yogyakarta? Ini Harga Tiket dan 5 Pengalaman Unik yang Didapat
-
Fakta Unik Keraton Kilen Yogyakarta: Tempat Jokowi Bertemu Empat Mata dengan Sultan Hamengkubuwono X
-
Tanpa Keluarga, Jokowi Temui Sri Sultan HB X di Keraton Yogya, Ada Apa?
-
Kraton Yogyakarta Tuntut PT KAI Rp1000 Buntut Klaim Lahan di Stasiun Tugu Yogyakarta
-
Sejarah dan Tradisi Prosesi Tabuh Gamelan Sekaten yang Ricuh Hingga Menantu Pakubuwana Dicekik
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
-
Curhat Petani Gulurejo, Ladang Terendam, Harapan Pupus Akibat Sungai Mendangkal