SuaraJogja.id - Aliran air di Selokan Mataram akan dimatikan hingga Desember 2019. Keputusan tersebut ditetapkan
Balai Besar wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO) Yogyakarta untuk memperbaiki bagian dinding yang melintasi di wilayah timur Kabupaten Sleman.
"Selain adanya proses perbaikan pada dinding, tapi ini juga masuk dalam jadwal untuk mematikan saluran air untuk sementara," kata Kepala Bidang Kabid OP BBWS-SO Sahril seperti dilansir Antara di Sleman pada Selasa (8/10/2019).
Menurutnya, perbaikan tersebut meliputi rehabilitasi pada dinding selokan dan pada lantai selokan yang dianggap sudah rusak.
"Perbaikan hanya di beberapa titik yang dianggap punya tingkat kerusakan yang lumayan parah," katanya.
Ia mengatakan, dimatikannya aliran air Selokan Mataram ini tidak akan berlangsung lama, ada periode waktu yaitu hingga perbaikan di tiap titik selesai.
"Perbaikan sudah dimulai sejak September lalu. Kami sudah sempat membuka air di selokan," katanya.
Sahril mengatakan, jika ada daerah yang tidak menerima pasokan air dari selokan, itu diakibatkan debit air di hulu. Pasokan air di Selokan Mataram berasal dari Sungai Progo, sehingga saat debit air di Sungai Progo kecil akibat kemarau, maka akan memengaruhi pasokan air yang masuk di selokan.
"Kami paham, memang di hulu debit air terbatas sehingga belum sampai timur. Waktu kami coba buka memang sudah ada air tapi hanya tipis," katanya.
Ia mengatakan, selain disebabkan oleh perbaikan, air yang tidak sampai ke sisi timur karena ada masyarakat yang memanfaatkan untuk kebutuhan lain.
Baca Juga: Bersihkan Selokan Mataram, Begini Aksi #SelokanMemanggil Relawan di Jogja
"Untuk itu kami telah berkoordinasi dengan masyarakat terutama di sisi barat agar dapat bijak dalam memanfaatkan air di Selokan Mataram. Karena memang di beberpaa tempat dipakai oleh masyarakat di luar rencana kami," katanya.
Sementara, seorang petani di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, Mujiyono (60) mengatakan dengan mengeringnya air di Selokan Mataram sedikit berpengaruh bagi para petani, karena pasokan air berkurang untuk lahan pertaniannya.
"Ya dengan kondisi ini kami harus menyesuaikan jenis tanaman, tidak mungkin memaksakan menanam padi. Kami juga berencana membuat sumur bor di area sawah agar pasokan air bisa cukup. Dari pada nanti tidak panen, mending keluar biaya sedikit untuk membikin sumur," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Duel Mobil Murah Honda Brio vs BYD Atto 1, Beda Rp30 Jutaan tapi ...
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
- 41 Kode Redeem FF Max Terbaru 24 Juli: Klaim Skin Scar, M1887, dan Hadiah EVOS
Pilihan
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
-
Filosofi Jersey Anyar Persija Jakarta: Century Od Glory, Terbang Keliling JIS
-
Braakk! Bus Persib Bandung Kecelakaan di Thailand, Pecahan Kaca Berserakan
-
5 Rekomendasi HP Realme RAM 8 GB Memori 256 GB di Bawah Rp 4 juta, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Gerai Tinggal 26, Stok Expired Menggunung! Akuisisi TGUK Penuh Drama
Terkini
-
Misteri Kemeja Putih Jokowi di Reuni UGM: Panitia Angkat Bicara!
-
Gertak Balik! Sahabat Jokowi Geram Dituduh Settingan, Ungkap Sudah Diperiksa Polisi
-
5 Curhatan Jokowi di Depan Alumni UGM: Serangan Tak Cuma Ijazah, Merembet Sampai KKN Fiktif
-
Masih Sakit, Jokowi Paksakan Diri ke Reuni UGM: Kalau Nggak Datang Nanti Rame Lagi!
-
Tiba di UGM, Jokowi Tebar Senyum di Reuni Guyub Rukun, Nostalgia di Tengah Badai Ijazah Palsu