SuaraJogja.id - Aktor Butet Kartaredjasa mengenang salah satu memori tak terlupakan bersama sang adik, mendiang Djaduk Ferianto, ketika keduanya berada di puncak Table Mountain, di Afrika Selatan.
Kenangan tersebut ia bagikan ke banyak orang melalui unggahan di Instagram pada Kamis (14/11/2019), sehari setelah Djaduk meninggal.
Di foto itu Butet membelakangi pagar pembatas dari batu, sedangkan Djaduk berdiri di hadapannya. Mereka tampak sedang berbincang-bincang sambil sama-sama mengisap gulungan tembakau. Ekspresi wajah Butet terlihat bahagia di situ.
Menurut caption berjudul "DAPET MELODI" yang ia sertakan, kala itu Butet sedang bersama dengan adiknya di puncak Table Mountain pada 30 September lalu.
Di puncak gunung yang datar seperti meja itu, tiba-tiba, kata Butet, Djaduk menunjukkan kegembiraan.
"Djaduk memamerkan temuannya, "Aku dah dapet melodi untuk komposisinya nih." Dia lalu bersiul-siul dan rengeng-rengeng sambil merekam suaranya. Dia tampak bersemangat banget..." tulis Butet.
Seniman 57 tahun itu menambahkan, kebahagaiaan Djaduk tersebut bertambah karena sebelumnya, dalam perjalanan, juga telah memilih pemusik setempat untuk dijadikan partner di panggung Cape Town Internatioanl Jazz Festival pada akhir Maret mendatang.
Pemusik itu adalah vokalis dari Johannesburg dan pemain perkusi dari Cape Town.
Namun sayang, rupanya Djaduk tak bisa mempersembahkan melodi yang ia buat di puncak Table Mountain lantaran harus terlebih dahulu menjumpai akhir hidupnya.
Baca Juga: Jadi Bos BUMN, Penunjukkan Ahok Diumumkan Awal Desember
Meski begitu, Butet tetap mengupayakan melodi tersebut bisa dimainkan di Afrika Selatan dengan memberikan rekaman di ponsel Djaduk ke Kua Etnika, kelompok musik yang dibentuk Djaduk sejak 1996.
"Tapi, kegembiraan itu sekarang dibawa pergi jauuuuuuhh. Melodi temuannya yang masih nembekas di smartphone-nya, kemarin udah terlacak. Sudah dibagikan ke kawan-kawan Kua Etnika. Pasti Djaduk akan mengaransemen melodi itu menjadi komposisi surgawi di sono, tapi saya yakin, kawan-kawan Kua Etnika bakal menjelmakan warisan melodi dari Djaduk ini menjadi suatu komposisi yang keren. Kita tunggu aja. Uasuwoook," tutup pengguna akun @masbutet tersebut.
Djaduk Ferianto meninggal pada Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 03.00 WIB, setelah sekitar setengah jam sebelumnya mengeluh kesemutan dan ternyata terkena serangan jantung.
Di detik-detik terakhir hidupnya, penggagas Ngayogjazz ini berbaring di pangkuan sang istri di kediaman mereka di Dusun Kembaran, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Kepada para wartawan yang melayat, Butet juga telah mengatakan bahwa Djaduk, bersama grup musiknya, Kuaetnika, tengah mempersiapkan pementasan Cape Town International Jazz Festival di Cape Town, Afrika Selatan pada akhir Maret 2020 mendatang.
Sembari tersedu, Butet mengatakan, waktu bersama dirinya di puncak sebuah gunung di Afrika, Djaduk mengaku telah menemukan melodi untuk komposisi kolaborasi dengan pemusik dari Afrika.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
5 Rekomendasi Hotel di Penang yang Dekat dengan RS Gleneagles
-
DIY Genjot Sertifikasi Dapur MBG: Cegah Keracunan Massal, Prioritaskan Kesehatan Anak
-
UII Pasang Badan Bela Aktivis: 'Kami Tolak Perburuan Dalang Kerusuhan, Ini Pembungkaman!
-
'Kuburan Demokrasi' Dibuat di UII: Mahasiswa Geram, Tuntut Pembebasan Paul dan Aktivis Lain
-
Dari Lorong Sempit Jadi Ladang Rezeki: Kisah Emak-Emak Rejosari Ubah Kampung Jadi Produktif di Jogja