SuaraJogja.id - Keluarga Keraton Yogyakarta baru saja menggelar upacara tedhak siten untuk cucu kelima Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, Raden Mas (RM) Radityo Mandhala Yudo, Minggu (25/11/2019).
Sang ibu, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, yang merupakan putri kelima sekaligus bungsu Sultan HB X dan GKR Hemas, kemudian mengunggah empat foto prosesi tedhak siten RM Radityo ke Instagram.
Pada foto pertama yang ditampilkan, tampak GKR Bendara tersenyum bersama suaminya, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudhonegoro; putri pertama mereka, Raden Ajeng (RA) Nisaka Irdina Yudonegoro; dan RM Radityo.
"Selesai sudah acara Tedhak Siten anakku RM Radityo Mandhala Yudo," tulis GKR Bendara.
Baca Juga: Tiga Kementerian Sosialisasi Aturan IMEI di Roxy Mas
Wakil Penghageng I Kawedanan Hageng Punokawan Nitya Budaya Keraton Yogyakarta ini juga menceritakan, saat masuk ke dalam sangkar, di antara ukulele, buku, raket, dan barang-barang yang lain, putranya memilih wayang.
Ia pun berharap, RM Radityo akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu mencintai budaya daerah asalnya.
"Dari sekian banyak barang yang ada di dalam sangkar, dia memilih WAYANG. Semoga anakku kelak saat dewasa dapat mencintai budaya asal-usulnya," ungkap GKR Bendara.
Selain GKR Bendara, GKR Hemas juga menyampaikan rasa syukur atas dilaksanakannya upacara adat Jawa yang menandakan masa-masa awal sang cucu menginjakkan kaki ke tanah.
Dalam akun resmi Instagram @gkr_hemas, terdapat delapan foto yang diunggah saat RM Radityo menjalani tedhak siten.
Baca Juga: Demi Anak, Masayu Anastasia Cuti dari Syuting Striping Hingga Akhir Tahun
GKR Hemas pun juga menambahkan doa dan harapan pada keterangan yang menyertai kedelapan foto yang ia unggah.
"Hari Minggu kemarin kami baru saja merayakan upacara tedak siten cucu kami RM Radityo Mandhala Yudo di Yogyakarta, sebuah upacara adat yang sarat dengan lambang, doa, dan harapan agar sang anak dapat mampu melewati berbagai fase kehidupan," tulisnya.
Secara harfiah, tedhak siten berarti "menginjak tanah". Tradisi ini diselenggarakan ketika anak berusia sekitar tujuh atau delapan bulan, untuk menghormati bumi sebagai tempat anak belajar menginjakkan kakinya.
Salah satu prosesi yang dilakukan dalam tedhak siten adalah membiarkan anak masuk ke dalam sangkar untuk memilih barang-barang yang diletakkan di dalamnya.
Barang yang dipilih itu kemudian dipercaya sebagai gambaran akan masa depan atau cita-cita sang anak.
Berita Terkait
-
Kraton Yogyakarta Tuntut PT KAI Rp1000 Buntut Klaim Lahan di Stasiun Tugu Yogyakarta
-
Viral Lagi, Anak Sultan HB X Diledek Kampungan Gara-Gara Ucap Terima Kasih
-
Beda dari Erina Gudono, Penampilan GKR Bendara Anak Sultan Jogja Tuai Pujian
-
Adab GKR Bendara Dibandingkan Erina Gudono, Sosok Suaminya Beda Kelas dengan Kaesang
-
Jejak Karier KPH Yudanegara, Pekerjaan Mentereng Suami GKR Bendara Bukan Pemberian Orang Tua
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Meutya Hafid Copot Prabu Revolusi, Tunjuk Molly Prabawaty Jadi Plt Dirjen Kementerian Komdigi
- Ragnar Oratmangoen ke Media Belanda: Mimpi ke Piala Dunia itu...
- Segini Kekayaan Prabu Revolusi: Dicopot Meutya Hafid dari Komdigi, Ternyata Komisaris Kilang Pertamina
- dr. Oky Pratama Dituding Berkhianat, Nikita Mirzani: Lepasin Aja...
Pilihan
-
Apa Itu Swiss Stage di M6 Mobile Legends? Begini Sistem dan Eliminasinya
-
Bagaimana Jika Bumi Tidak Memiliki Atmosfer?
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
Terkini
-
Dinsos PPPA Kulon Progo Bentuk Desa Ramah Perempuan dan Anak
-
Tak Persoalkan Sayembara Harun Masiku, Pukat UGM Justru Soroti Pekerjaan Rumah KPK
-
Lazismu Gelar Rakernas di Yogyakarta, Fokuskan Pada Inovasi Sosial dan Pembangunan Berkelanjutan
-
Tergiur Janji Jadi ASN di Dinas Pariwisata Gunungkidul, Warga Ponjong Malah Kehilangan Uang Rp80 Juta
-
Ini Hasil Identifikasi dari BKSDA Yogyakarta Soal Buaya yang Dievakuasi dari Tegalrejo