SuaraJogja.id - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas akhirnya bersuara terkait kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan. Kasus penyiraman air keras pada Novel, 11 April 2017 lalu, ternyata pernah terjadi sebelumnya.
Selama empat tahun Busyro bertugas di KPK, kata dia, upaya penganiayaan atau ancaman pembunuhan terhadap Novel terjadi enam sampai tujuh kali. Bahkan upaya penganiayaan tersebut sempat salah sasaran ke penyidik yang mirip dengan Novel.
"Polisi aktif yang jadi penyidik pernah kena sasaran [penganiayaan]. Dia ditabrak dengan mobil besar dan kakinya patah berat. Penyidik, saat saya besuk di rumahnya Sabtu-Minggu, saat saya tidak bertugas, mengatakan, 'ini yang ditarget bukanlah saya Pak, tapi Novel.' Setelah saya cari kemiripannya memang mirip jidatnya," ungkap Busyro di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (30/12/2019).
Ancaman serupa, lanjut Busyro, juga pernah terjadi pada penyidik lain yang menanangani kasus-kasus besar korupsi. Di antaranya kasus di Mataram dan Sulawesi.
Baca Juga: Sleman Bakal Macet, Dishub Siapkan Jalur Alternatif dan Rekayasa
Dari kasus-kasus tersebut, maka KPK pada waktu itu makin yakin bahwa ancaman yang diterima penyidik, termasuk Novel, berkaitan dengan pembongkaran kasus tindak pidana korupsi besar yang dilakukannya bersama penyidik yang lain.
Karenanya, Busyro menuturkan, penanganan kasus penyerangan terhadap Novel perlu legalitas dari negara. Sebab usulan KPK untuk pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang diusulkan KPK kepada Presiden Jokowi pada 2017 lalu tidak direspons.
Bahkan sampai selesainya masa jabatan Tito Karnavian sebagai kapolri pun, kasus Novel juga tidak mengalami perkembangan penyelidikan.
"Karenanya perlu legalitas dari negara, paling tidak dari Komnas HAM karena kalau Presiden saya tidak optimis," tandasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Baca Juga: Ketua KPK Firli: Kami Akan Kerja Keras Memberantas Korupsi di Indonesia
Berita Terkait
-
Ada Busro Muqoddas dan Komaruddin Hidayat, Ini 9 Nama Anggota Dewan Pers Periode 2025-2028
-
Diberi Lahan Bekas, PP Muhammadiyah Buka Peluang Kembalikan Izin Tambang ke Pemerintah
-
Busyro Muqoddas Ungkap Banyak Masalah Jika Muhammadiyah Terima Lahan Tambang Bekas dari Pemerintah
-
Sejumlah Aktivis Antikorupsi Sambangi KPK, Bahas Reinkarnasi Nepotisme Di Istana Hingga Blok Medan
-
Eks Ketua KPK Busyro Muqoddas: Pemilu 2024 Penuh Kecurangan Dampak Cawe-cawe Jokowi
Tag
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
-
Kronologi Pemerkosaan Jurnalis Juwita Sebelum Dibunuh, Terduga Pelaku Anggota TNI AL
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
Terkini
-
Arus Lalin di Simpang Stadion Kridosono Tak Macet, APILL Portable Belum Difungsikan Optimal
-
Kunjungan Wisatawan saat Libur Lebaran di Gunungkidul Menurun, Dispar Ungkap Sebabnya
-
H+2 Lebaran, Pergerakan Manusia ke Yogyakarta Masih Tinggi
-
Exit Tol Tamanmartani Tidak Lagi untuk Arus Balik, Pengaturan Dikembalikan Seperti Mudik
-
Putra Prabowo Berkunjung ke Kediaman Megawati, Waketum PAN: Meneduhkan Dinamika Politik