Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 03 Januari 2020 | 14:50 WIB
Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih meninjau aliran sungai - (SUARA kontributor/Julianto)

SuaraJogja.id - Kabupaten Bantul mengaku telah siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk terkait dengan peringatan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mengatakan bahwa dalam tujuh hari ke depan, di wilayah DIY, termasuk Kabupaten Bantul, berpotensi terjadi hujan lebat disertai angin kencang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Daryanto menuturkan, Bantul bukan wilayah yang baru bereaksi setelah ada peringatan. Pasalnya, ketika Kabupaten Bantul mulai memasuki musim hujan, BPBD langsung menaikkan status siaga darurat bencana banjir dan tanah longsor di wilayah ini.

Selain itu, BPBD Kabupaten Bantul juga sudah membuat 20 pos pantau ketinggian air di beberapa sungai yang mengalir melalui Bantul. Pos pantau tersebut didirikan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana banjir dan tanah longsor, sehingga setiap saat hujan turun di wilayah utara Bantul, maka ketinggian air sungai bisa dapat segera terpantau.

"Kita komunikasi juga dengan teman-teman di [Kabupaten] Sleman dan Kota Yogyakarta. Jadi manakala kondisi sungai tidak seperti biasanya, maka kami di Bantul sudah siap," tutur Dwi, Jumat (3/1/2020) ketika dihubungi melalui telepon genggamnya.

Baca Juga: Hore, BIGBANG Bakal Tampil di Festival Musik Coachella 2020

Pihaknya juga langsung bisa menyampaikan informasi kepada masyarakat ketika ada potensi terjadinya banjir. Harapannya, masyarakat bisa langsung mempersiapkan diri dan jika diperlukan bisa langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Dengan demikian, lanjutnya, peristiwa di Jabodetabek tidak terjadi di wilayah Bantul karena sebetulnya, pemerintah sudah sering memberikan imbauan terkait dengan potensi bencana banjir. Namun masyarakat sering kali mengabaikannya karena merasa lebih mengenal karakter sungai setelah tinggal cukup lama di dekat sungai.

"Peristiwa 2017 dan 2019 menjadi pengalaman berharga di Bantul, sehingga harapannya masyarakat mengungsi sementara. Jika masyarakat enggan ya kita akan ada sedikit pemaksaan. Jangan sampai kita yang disalahkan," tandasnya.

Hal tersebut ia siapkan bersama dengan para relawan, anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) di setiap desa dan kecamatan untuk meminimalisasi korban jiwa maupun material ketika terjadi peristiwa banjir ataupun bencana alam lainnya.

"Ini sudah kita siapkan. Jangan sampai kita gagap saat terjadi banjir," tambahnya.

Baca Juga: Sejumlah Tokoh Muhammadiyah dan NU Hadiri Pemakaman Yunahar Ilyas

Dwi menyebutkan, dengan melihat fenomena alam yang terjadi belakangan ini, maka ada sejumlah titik yang rawan terjadi banjir. Yang paling diwaspadai adalah daerah aliran sungai yang berhulu di Merapi wilayah timur, yaitu Kali Kuning, Kali Opak, dan Kali Oya. Sementara Piyungan nanti masuk ke Kaligawe, di mana belum lama ini sudah ada jembatan Sesek (dari bambu) yang hanyut terbawa aliran air.

Selain itu adalah wilayah sungai di mana bagian atas sering terjadi hujan deras, yaitu wilayah Sungai Oya. Sungai Oya ini nantinya akan bertemu di Sungai Opak di kawasan Desa Sriharjo, Kecamatan Pundong. Di titik inilah salah satu daerah dengan kerawanan paling tinggi terjadinya banjir selama musim penghujan ini.

"Kami sudah keluarkan imbauan, jika hujan yang turun dengan durasi cukup panjang saya minta masyarakat mengecek bendungan. Jika berpotensi terjadi banjir maka saya minta masyarakat untuk mengungsi sementara sambil menunggu cuaca nanti kembali normal," tambahnya.

Kontributor : Julianto

Load More