SuaraJogja.id - Dinas kesehatan Kabupaten Bantul mewaspadai merebaknya penyakit Demam Berdarah (DBD) di awal musim penghujan ini. Sebab, cuaca yang terjadi saat ini masih sangat mendukung pertumbuhan nyamuk Aedest Aegepty (nyamuk pembawa penyakit DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja menuturkan penderita DBD selama tahun 2019 ada sebanyak 1.323 kasus. Jika dihitung dengan hitungan statistik angka DBD di Kabupaten Bantul mencapai 148,78 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut tergolong cukup tinggi sehingga perlu upaya komprehensif untuk melakukan pengendalian.
Kendati demikian, Agus mengklaim meskipun angka kasus DBD selama tahun 2019 cukup tinggi namun kematian akibat penyakit DBD masih rendah. Pihaknya mencatat dari 1.323 kasus DBD, hanya 4 orang yang meninggal. Jika diprosentase maka angkanya masih cukup kecil yaitu 0,3%.
"Masih sesuai target nasional. Target nasional di bawah 1%,"ujarnya.
Hal ini mungkin saja bisa terjadi, di mana kasus demam berdarah tidak bisa ditekan karena kondisi alam, kondisi cuaca dan juga mobilitas penduduk serta kepadatan penduduk. Dan yang menjadi pemicu utamanya sebenarnya adalah mobilitas penduduk yang tidak bisa dibatasi.
"namun yang jelas mobilitas penduduk tersebut sangat menunjang pertumbuhan angka DBD. Kerja di luar kemudian pembawa penyakit DBD ke Bantul,"tambahnya.
Agus menyebut langkah antisipasi yang dilakukan dari tahun ke tahun memang tetap sama. Yaitu gerakan pemberantasan sarang nyamuk karena itu satu-satunya cara yang efektif. Langkah selanjutnya adalah dengan abatisasi di mana nasyarakat sebetulnya bisa melakukan sendiri dengan meminta serbuk Abate ke Puskesmas.
Cara selanjutnya adalah dengan mengerahkan Jumantik juru pemantau jentik karena mereka bisa mengendalikan penyakit DBD adalah dengan angka bebas jentik yang tinggi. Dan selama ini angka Bebas Jentik Kabupaten Bantul belum bisa mencapai target 95 %.
"Sekarang Kabupaten Bantul angka bebas jentiknya baru 84 %. Itu variabel antara. Kalau tidak dikendalikan ya pasti DBDnya tinggi,"tuturnya.
Baca Juga: Wakil Bupati Bantul Sebut Banyak BUMDes yang Tak Sehat
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Sri Wahyu Joko Santosa menambahkan, untuk pengendalian angka DBD pihaknya memang meminimalisir penggunaan cara fogging. pihaknya belum menjadikan fogging sebagai prioritas karena masih ada efek sampingnya, sebab bahan yang digunakan adalah pestisida.
"Bahannya itu pestisida. Sementara di kita ada pihak-pihak yang rentan dan harus dilindungi yaitu anak-anak dan ibu-ibu,"ujarnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Wakil Bupati Bantul Sebut Banyak BUMDes yang Tak Sehat
-
Hadapi Musim Hujan, Pemkab Bantul Imbau Masyarakat Lakukan 4 Tips Ini
-
Waspadai Leptospirosis, Dinkes Bantul Minta Warga Perhatikan Ini
-
Dikira Bau Bangkai Ayam, Pria Diduga Dosen ISI Membusuk di Kamar Tiga Hari
-
Situs KPU Bantul Diretas, Ada Kalimat Romantis Hingga Tanda Cinta
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Ingatkan Warga Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Yogya Soroti Kerentanan Kawasan Wisata
-
Berawal dari Bosan Menu Sarapan, Nada Menemukan Jalan Usaha Lewat Sushi Pagi
-
10 Tahun Pakai Biogas, Warga Sleman Tak Khawatir Jika LPG Langka atau Mahal
-
Teras BRI Kapal, Perbankan Terapung bagi Masyarakat di Wilayah Pesisir dan Kepulauan
-
Lika-liku Jembatan Kewek yang Rawan Roboh, Larangan Bus, dan Kemacetan hingga Stasiun Tugu