Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 13 Januari 2020 | 14:14 WIB
Kegiatan pramuka di SDN Timuran, Prawirotaman, Brontokusuman, Yogyakarta diwarnai aksi yel-yel berbau SARA. [Putu Ayu Palupi / Kontributor]

SuaraJogja.id - Salah seorang peserta pembina Pramuka asal Gunung Kidul kedapatan mengajarkan yel-yel yang berbau SARA. Hal itu dilakukan pada peserta didik dalam salah satu rangkaian Kursus Mahir Lanjut (KML) yang digelar Kwarcab Kota Yogyakarta, Jumat (10/01/2020) di SDN Timuran, Prawirotaman, Brontokusuman, Yogyakarta.

Salah seorang orang tua murid K, yang mendengar langsung kejadian tersebut kaget ada yel-yel yang menyebut kafir dan diajarkan pada siswa di salah satu kelas. Sontak dia mendatangi kelas tersebut dan memprotes ke salah satu pembina pramuka di sekolah.

K juga menyampaikan kekesalan atas tingkah laku SARA pembina pramuka tersebut ke media sosial (medsos) di Whatsapp (WA) Story. Dalam WA Story tersebut dia mempertanyakan perbuatan salah satu pembina pramuka tersebut yang bisa memicu perpecahan. Padahal pramuka justru mengajarkan kebhinekaan Indonesia.

"Jadi waktu hari jumat tanggal 10 saya jemput anak ke sekolah, karena anak belum keluar kelas saya nunggu sambil lihat praktik pembinaan dari kwarcab. Yang dibina adalah kelas atas, kurang tahu kelas berapa mungkin 3-4. Awalnya semua bernyanyi normal aja, lalu tiba-tiba ada salah satu pembina putri masuk dan ngajak anak-anak tepuk Islam. Saya kaget karena diakhir tepuk kok ada yel-yel Islam Islam yes Kafir Kafir No. Spontan saya protes dengan salah satu pembina senior," paparnya ketika dikonfirmasi, Senin (13/01/2020).

Baca Juga: Panglima TNI: Papua Rawan Konflik SARA dan Politik Uang di Pilkada 2020

K yang menyampaikan keberatan dengan adanya yel-yel berbau SARA mengatakan tidak ingin kebhinekaan Pramuka dicemari isu-isu rasis dari pengajar. Seketika pembina senior yang berada di sekolah menyampaikan permintaan maaf dan berjanji menyelesaikan dengan pembina terkait.

Namun K mengatakan sekolah sama sekali tidak tahu menahu peristiwa tersebut. Sebab pembina praktik KML berasal dari Kwarcab dan bukan sekolah.

"Sekolah hanya ketempatan aja untuk praktik. SDN Timuran sendiri termasuk open dengan keberagaman," paparnya.

Sementara Kepala SDN Timuran, Esti Kartini ketika ditemui di sekolahnya mengakui mendapatkan laporan atas kasus tersebut. Esti yang juga merupakan Sekretaris 2 Kwarda DIY itu bahkan tidak tahu kejadiannya.

"Namun kami pastikan, kasus ini tidak ada kaitan dengan sekolah. Kami hanya ketempatan acara Kwarcab untuk KML," tandasnya.

Baca Juga: Polisi: Unggahan Dandhy soal Papua Mengandung Ujaran Kebencian dan SARA

Esti menambahkan, selama ini sekolah yang pernah meraih Juara II Nasional (gugus depan) Gudep Unggul tersebut tidak pernah mengajarkan hal-hal yang berbau SARA kepada para siswanya. Namun sebagai sekolah yang berkali-kali meraih prestasi di bidang kepramukaan, SDN Timuran sering dipakai kegiatan oleh Kwarcab Kota Yogyakarta.

Load More