SuaraJogja.id - Meski tengah dibuat khawatir oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks di Kabupaten Gunungkidul, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan lebih memperhatikan kesiagaan serta pencegahan persebaran bakterinya.
"Jangan takut berlebihan, yang penting tetap siaga," ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus, ketika ditemui di Kantor Pusat UGM, Sabtu (18/1/2020).
Sebenarnya, kata Ali Agus, kasus antraks ini bukanlah hal baru di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Sebelumnya pernah terjadi kasus yang sama pada 2017 silam, dan sekarang muncul kembali.
Sementara itu, pakar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan, antraks atau penyakit sapi gila ini disebabkan oleh spora dari bakteri Bacillus anthracis.
Spora inilah yang kemudian menyebabkan penyakit antraks, baik pada hewan maupun manusia.
"Spora inilah yang menjadi masalah sampai sekarang. Karena dengan spora ini, penyakit akan terus menerus ada. Kalau bakterinya sendiri, dengan pemanasan 56 derajat Celsius selama 30 menit itu akan mati," ujar Wahyuni.
Penularan penyakit antraks terhadap manusia sendiri termanifestasi dalam tiga macam, yaitu antraks kulit, yang terjadi ketika manusia melakukan kontak langsung dengan binatang yang sakit atau mati; antraks pencernaan, yang terjadi ketika manusia mengonsumsi daging hewan yang terdiagnosis antraks; atau antraks pernapasan melalui spora antraks yang terhirup.
Di Kabupaten Gunungkidul ini, sebagian besar kasus antraks terjadi karena masyarakat mengonsumsi daging ternak yang mati atau sakit. Dengan kata lain, antraks yang dialami oleh masyarakat adalah antraks pencernaan.
“Di DIY sendiri sebagian besar kasus terjadi karena ketika seekor ternak sakit atau mati, masyarakat merasa eman-eman dan mencoba, daripada mati sia-sia, maka daging disembelih untuk dijual dengan harga murah atau diberikan kepada masyarakat sekitar,” kata pengajar di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Riris Andono Ahmad.
Baca Juga: Motor Unik Berpenggerak Dua Roda, Begini Cara Kerjanya
Wahyuni kemudian menimpali, masyarakat diminta untuk tidak mengolah daging hewan yang terdiagnosis atau diduga telah terkena antraks.
"Apabila ada hewan yang diduga atau didiagnosis mati karena antraks hukumnya tidak boleh disembelih karena bakteri Bacillus anthracis itu 80% berada di aliran darah. Jadi, ketika hewan tersebut disembelih, darahnya keluar, di situlah bakteri akan ikut keluar... dan ketika berhubungan dengan udara, dia akan membentuk spora," jelas Wahyuni.
Ia menambahkan, spora ini akan tahan di tanah selama puluhan tahun. Itulah mengapa antraks dapat terjadi lagi di waktu yang lain.
Alih-alih disembelih, Wahyuni menganjurkan penanganan bangkai hewan dengan cara insenerator atau pembakaran hewan agar hancur secara menyeluruh.
Cara lainnya adalah dengan mengubur bangkai hewan pada lubang dengan kedalaman minimal dua meter yang ditutup dengan tanah dan diberi disinfektan.
Untuk mencegah pengulangan kasus antraks, lebih baik, kata Wahyuni, area lubang tersebut diplester dengan semen, sebagai penanda bahwa tempat tersebut pernah terjadi kasus antraks.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- 41 Kode Redeem FF Terbaru 10 Juli: Ada Skin MP40, Diamond, dan Bundle Keren
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
- Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Prediksi Oxford United vs Port FC: Adu Performa Ciamik di Final Ideal Piala Presiden 2025
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Terkini
-
UMKM Kota Batu Tangguh dan Inovatif Berkat Dukungan Klasterkuhidupku BRI
-
443 Juta Transaksi: Bukti Peran Strategis AgenBRILink untuk BRI
-
Jebakan Maut di Flyover, Pengendara Motor Jadi Korban Senar Layangan! Polisi: Ini Ancaman Berbahaya
-
Gula Diabetasol, Gula Rendah Kalori
-
Angka Kecelakaan di Jogja Turun, Polisi Bongkar 'Dosa' Utama Pengendara yang Bikin Celaka