SuaraJogja.id - Kabupaten Gunungkidul, yang dikenal sebagai kawasan kapur, disinyalir menjadi tempat nyaman tumbuhnya spora bakteri Bacillus anthracis, yang menyebabkan penyakit antraks. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu kasus antraks terus saja muncul di kabupaten tersebut.
“Spora suka dengan kapur, adanya CaCO3 itu kapur membuat spora lebih nyaman di situ,” ujar Prof AETH Wahyuni, dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedoktetan Hewan (FKH) UGM di kampus setempat, Sabtu (18/1/2020).
Dicontohkan Wahyuni, dia pernah menggunakan media kapur dari Gunungkidul yang ditempelkan pada darah sapi yang positif antraks menggunakan kapas. Spora pada kapur yang dibawa ke laboratorium itu ternyata terus tumbuh.
Spora tersebut dapat hidup di tanah dalam keadaan tidak aktif, tetapi akan berubah aktif ketika masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia.
“Kalau bakterinya mati karena di suhu 56 derajat selama setengah jam mati. Namun ternyata sporanya masih bertahan dan tumbuh,” ungkapnya.
Namun, untuk membuktikan lebih lanjut daerah yang berkapur membuat spora antraks tetap tumbuh, menurut Wahyuni, perlu penelitian lebih lanjut, sehingga ada bukti lebih detail lagi terkait faktor-faktor apa saja yang membuat spora masih tetap bertahan.
Spora bakteri antraks sebenarnya bertahan di suhu 12-44 derajat Celcius, tetapi, kata Wahyuni, ternyata bisa bertahan di tanah bertahun-tahun di Gunungkidul.
“Karenanya untuk menekan spora terbentuk maka bangkai ternak yang positif antraks harus dibakar di lubang sedalam dua meter sampai habis lalu disiram disinfektan dan kemudian ditutup dengan semen,” ungkapnya.
Sementara, pengajar dari FKH UGM, Widagdo Sri Nugroho, mengungkapkan, pergantian musim juga menjadi pemicu kasus antraks di Gunungkidul. Kasus serupa pernah terjadi saat awal musim hujan tahun lalu.
Baca Juga: Cerita Pilu Guru dan PTT di Jember: Gaji Kecil, Tak Diakui Pemerintah
“Peluang adanya spora sempat reda karena musim kemarau dan tidak ada rumput, dan pertumbuhan rumput di musim hujan ini membuat spora yang masih ada di tanah dimakan hewan,” jelasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Rejeki Nomplok Akhir Pekan! 4 Link DANA Kaget Siap Diserbu, Berpeluang Cuan Rp259 Ribu
-
Petani Gunungkidul Sumringah, Pupuk Subsidi Lebih Murah, Pemkab Tetap Lakukan Pengawasan
-
Makan Bergizi Gratis Bikin Harga Bahan Pokok di Yogyakarta Meroket? Ini Kata Disperindag
-
Sampah Jadi Berkah: Bantul Manfaatkan APBKal untuk Revolusi Biopori di Rumah Warga
-
Persela Tanpa Vizcarra & Bustos: PSS Sleman Diuntungkan? Ini Kata Sang Pelatih