Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 19 Januari 2020 | 14:36 WIB
Sejumlah anggota Alumni SMA Yogya Bersatu (ASBY) melakukan bersih-bersih Klenteng Gondomanan jelang perayaan Imlek 2020, Minggu (19/1/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Suasana Kelenteng Fuk Ling Miau atau yang lebih dikenal dengan Kelenteng Gondomanan, Kota Yogyakarta berbeda pada Minggu (19/1/2020) pagi. Tempat ibadah umat Konghucu yang beberapa waktu selalu sepi, kini nampak ramai didatangi puluhan orang berbaju putih.

Dari rombongan itu tampak beberapa orang di antaranya terlihat mengenakan pakaian muslim sedang sibuk membersihkan sudut kelenteng yang terletak di Jalan Brigjend Katamso, Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Sarwestu Widyawan yang memasuki halaman kelenteng, langsung memarkirkan motor dan menyalami sejumlah rekan-rekannya yang terlebih dahulu berada di kelenteng. Dengan sigap, ia mengambil kain pembersih dan menaiki tangga untuk membasuh ukiran kayu di bagian atas Kelenteng Gondomanan dari kotoran dan debu.

Tak selesai sampai di situ, Sarwestu juga dengan telaten membersihan beberapa hiasan yang menempel di dinding klenteng.

Baca Juga: Diduga "Nuthuk", Tukang Parkir Taman Sari Jogja Ini Buat Wisatawan Geram

Kegiatan Sarwestu dan sejumlah rekan-rekannya pagi itu tak lain sebagai persiapan untuk menyambut datangnya tahun baru Tionghoa, 25 Januari 2020.

"Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian kami kepada saudara umat Konghucu di Yogyakarta yang akan menggelar perayaan Imlek 2020. Jadi kami dari Alumni SMA Yogya Bersatu (ASYB) berinisiatif untuk ikut merayakan hari besar mereka dengan membantu membersihkan Kelenteng Gondamanan," kata Sarwestu kepada wartawan di sela-sela membersihkan tempat ibadah itu, Minggu (19/1/2020).

Sejak pukul 08.00 WIB, kelompok yang terdiri dari berbagai SMA di Yogyakarta ini telah berkumpul. Tak jarang dari sebagian anggota berswafoto lantaran lama sudah tak bertemu.

"ASYB ini terdiri dari alumni-alumni SMA se-Yogyakarta dari berbagai latar belakang hingga kepercayaan. Tujuan kami adalah mempublikasi ke masyarakat bahwa kebersamaan ini penting dan harus dijaga tanpa sekat dan perbedaan (agama)" katanya.

Sejumlah anggota Alumni SMA Yogya Bersatu (ASBY) melakukan bersih-bersih Klenteng Gondomanan jelang perayaan Imlek 2020, Minggu (19/1/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Sejumlah anggota Alumni SMA Yogya Bersatu (ASBY) melakukan bersih-bersih Klenteng Gondomanan jelang perayaan Imlek 2020, Minggu (19/1/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Pria 56 tahun yang mengenakan batik lurik dipadukan dengan peci putih tersebut datang dengan maksud untuk membantu saudara penganut Konghucu menjelang perayaan Imlek.

Baca Juga: Awak Bus Jogja-Wates Lakukan Aksi Mogok Gegara Seorang Sopir Ugal-ugalan

"Karena saya muslim dan diajarkan bertoleransi, siapapun dia umat manusia adalah umat tuhan dan kewajiban manusia untuk memberikan hal baik kepada sesama tanpa memandang latar belakangnya. Saya memiliki prinsip, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat untuk orang lain," terang Sarwestu yang mengaku bekerja di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Pihaknya menerangkan, ASBY sendiri tak sekedar datang untuk membersihkan Klenteng. Namun juga berupaya sebagai pelopor guna menjaga keberagaman yang ada di Indonesia salah satunya di Yogyakarta.

"Indonesia memang lahir dari berbagai latar belakang yang berbeda. Artinya banyak keberagaman di sini, maka dari itu kami berusaha agar perbedaan ini dapat dirangkul bersama, shingga nilai-nilai kesatuan dan persatuan (Indonesia) tetap terjaga," ungkap Sarwestu yang menjabat sebagai Ketua I di ASBY.

Ketua I Alumni SMA Yogya Bersatu (ASBY)  Sarwestu Widyawan saat dimintai keterangan wartawan saat bersih-bersih Kelenteng Gondomanan, Minggu (19/1/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Ketua I Alumni SMA Yogya Bersatu (ASBY) Sarwestu Widyawan saat dimintai keterangan wartawan saat bersih-bersih Kelenteng Gondomanan, Minggu (19/1/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Kegiatan ilakukan dengan membersihkan sejumlah ornamen, patung, dan seluruh bagian kelenteng. Sebanyak 30 anggota membawa sapu, kain pel hingga cairan pengharum lantai sendiri.

Ketua Pengurus Klenteng Gondomanan, Angling Wijaya menyambut baik dengan kegiatan positif yang dilakukan ASBY.

"Ini bentuk persatuan yang harus dijaga meski kami berbeda kepercayaan. Kelenteng sendiri adalah milik bersama, apalagi sudah menjadi cagar budaya sehingga harus saling menjaga. Artinya menyambut Imlek tahun ini tak hanya umat (Konghucu) yang patut mendapatkan berkah. Namun orang lain juga harus mendapat kesenangan dan kehidupan lebih baik di tahun Tikus Logam ini," tuturnya.

Angling, pria lanjut usia yang telah delapan tahun menjadi pengurus klenteng yang dibangun sekitar 1854 ini menyebut, pembersihan klenteng rutin dilakukan setiap satu pekan sebelum perayaan tahun baru Tionghoa. Hal itu mengingat bahwa dewa yang berada di dalam klenteng tengah menuju langit dan akan kembali setelah perayaan Imlek usai.

"Pembersihan ini sudah rutin kami lakukan. Mulai dari dinding, patung dewa-dewi dan sejumlah barang yang ada di dalam kelenteng. Karena (menurut kepercayaannya) dewa-dewa akan berada di kahyangan untuk merayakan Imlek. Nanti pada tanggal 28 Januari dewa-dewa ini akan kembali ke kelenteng," terang dia.

Disinggung makna Imlek pada Tahun Tikus Logam ini, Angling menjelaskan bahwa apa yang diharapkan dan dilakukan manusia dan umat di tahun ini dapat diberi kemudahan seperti kelincahan seekor tikus.

"Ya makna dan doa tentunya mengharapkan sesuatu yang baik-baik. Tikus itu kan cepat, ya doa kami di tahun baru Imlek kita semakin dimudahkan dan diberi kemulusan dalam segala hal, tentunya dilakukan dengan cara yang baik," jelas dia.

Load More