SuaraJogja.id - Sebagai kota wisata, Jogja punya banyak lokasi maupun monumen yang dianggap ikonik, mulai dari Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, Titik 0 Kilometer, dan masih banyak lagi, termasuk Monumen Jogja Kembali (Monjali).
Monjali merupakan sebuah monumen bersejarah sekaligus museum yang berlokasi di Jalan Ring Road Utara, Padukuhan Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Saat mengunjungi monumen ini, wisatawan akan diajak mengingat kembali sejarah Kota Yogyakarta, yang pernah dijadikan ibu kota pada rentang tahun 1946-1950.
Selama berstatus ibu kota, Yogyakarta juga menjadi tempat terjadinya aneka peristiwa bersejarah, termasuk pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda.
Karena alasan itulah, Kolonel Soegiarto, Wali Kota Yogyakarta periode 1981-1986, memutuskan untuk mendirikan Monjali. Tujuannya adalah memperingati perisitiwa kembalinya Yogyakarta ke pangkuan Indonesia sekaligus ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Yogyakarta sebagai ibu kota RI pada 29 Juni 1949 silam.
Pembangunan Monjali dimulai pada 1985. Saat itu, pembangunan ditandai dengan Peletakan Batu Pertama dan Penanaman Kepala Kerbau oleh Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Selesai dibangun, Monjali diresmikan Presiden Soeharto pada 6 Juli 1989.
Selain sejarahnya, Monjali juga beridiri di posisi yang istimewa dan tak bisa dibilang sembarangan. Monumen ini masih berada pada garis poros imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton, dan Laut Selatan.
Wisata di Monjali
Monjali juga dilengkapi museum sejarah perjuangan. Tak heran, banyak anak sekolah hingga keluarga yang kerap memilih destinasi wisata ini untuk mengisi liburan atau akhir pekan.
Baca Juga: Semangat di Pagi Hari, Pastikan Kamu Lakukan 5 Kebiasaan Berikut!
Total, ada tiga lantai yang bisa dikunjungi di dalam Monjali. Sedangkan di halaman depan, dapat ditemukan dinding yang bertuliskan lebih dari 400 nama pahlawan Indonesia.
Saat datang, pengunjung akan diarahkan ke lantai satu Monjali, yang pintu masuknya ada di sisi barat. Di lantai ini, pengunjung bisa menemukan empat ruangan museum, auditorium, dan perpustakaan.
Salah satu koleksi kebanggaan Monjali adalah tandu yang pernah digunakan Pangsar Jenderal Sudirman hingga tempat tidur Presiden Soekarno di Gedung Agung.
Lalu di lantai dua, pengunjung bisa menemukan 40 relief yang mengelilingi bangunan Monjali. Seluruhnya menggambarkan sejarah Indonesia, mulai dari masa proklamasi hingga mendapatkan pengakuan dunia internasional pada tahun 1949.
Sementara itu, di bagian dalam, pengunjung bisa menemukan 10 diorama perjuangan yang menggambarkan kisah para pahlawan dalam mempertahankan Indonesia dari tangan Belanda.
Terakhir, lantai tiga, yang merupakan ruangan Garbha Graha, menjadi ruang hening khusus untuk mengenang dan mendoakan arwah pahlawan.
Monjali buka setiap Selasa hingga Minggu pukul 08.00 WIB. Untuk Selasa-Jumat, monumen ini akan tutup pukul 16.00 WIB, sedangkan di akhir pekan, Monjali tutup pukul 16.30 WIB.
Setiap Senin monumen ini tidak dibuka untuk iwsatawan, kecuali pada hari libur sekolah.
Untuk masuk ke Monjali, pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp10.000 per orang. Setelahnya, pengunjung bebas mengeksplor museum dan berfoto di halaman monumen yang luas.
Masih penasaran sejarah apa saja yang tersimpan di Kota Jogja? Yuk ke Monjali!
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Heboh Ulat di MBG Siswa, Pemkab Bantul Akui Tak Bisa Sanksi Langsung Penyedia Makanan
-
Swiss-Belhotel Airport Yogyakarta Gelar Perlombaan Sepatu Roda Regional DIY-Jawa Tengah
-
Jogja Siap Bebas Sampah Sungai! 7 Penghadang Baru Segera Dipasang di 4 Sungai Strategis
-
Gunungan Bromo hingga Prajurit Perempuan Hadir, Ratusan Warga Ngalab Berkah Garebeg Maulud di Jogja
-
JPW Desak Polisi Segera Tangkap Pelaku Perusakan Sejumlah Pospol di Jogja