Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 29 Januari 2020 | 17:07 WIB
Seorang pedagang menyeberangi selokan yang berada di belakang lokasi penjualan kacamata di Jalan Colombo dekat Simpang Lima UNY, Rabu (29/1/2020). - (Suara.com/Baktora)

SuaraJogja.id - Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sisi selatan Jalan Colombo dekat Simpang Lima Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memberi tawaran kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman supaya bisa berjualan di lokasi tersebut. Pihaknya menilai, masih ada sebagaian ruas yang bisa dimanfaatkan, sehingga keberadaan mereka tak mengganggu akses kendaraan.

Dengan begitu, puluhan PKL di sisi barat dan timur Simpang Lima UNY ini berharap bisa terbebas dari ancaman penggusuran, yang mulai muncul setelah APILL baru diaktifkan dan membuat akses kendaraan di Jalan Colombo terganggu jika PKL masih beroperasi di lokasi.

Seorang pedagang kacamata, Jumadi (45), menjelaskan bahwa keberadaannya bukan menjadi penyebab terganggunya akses jalan jika ada penataan lebih lanjut. Pihaknya mengatakan, para pedagang menawarkan sejumlah masukan untuk menjadi pertimbangan Pemkab setempat.

"Sebenarnya untuk parkir sudah tersedia di sisi utara jalan [Colombo]. Ketika akan membeli kacamata, mereka tinggal menyeberang saja. Nah, sebenarnya ada ruangan yang bisa dimanfaatkan pedagang, yakni selokan yang ada di belakang tempat kami jualan," kata Jumadi kepada wartawan, Rabu (29/1/2020).

Baca Juga: Sebut Kasus Jiwasraya karena Manajemen Lama, Erick Thohir: Itu Realita

Pihaknya menuturkan, tawaran untuk memanfaatkan selokan ini bakal diajukan dalam pertemuan bersama pemerintah dengan mengajak pihak kampus UNY dan para pedagang.

"Sebenarnya kami hanya meminta ruang dialog untuk menyelesaikan persoalan ini. Artinya, ada win-win solution antara pedagang dengan pemerintah," katanya.

Jumadi menjelaskan, selokan tersebut nantinya ditutup beton. Pihaknya juga bersedia mengeluarkan dana pribadi untuk menutup saluran serta bergeser 25 meter ke arah timur, menjauhi simpang lima UNY.

Desain pemanfaatan ruas selokan yang diajukan pedagang kacamata di Jalan Colombo, Simpang Lima UNY - (Suara.com/Baktora)

"Kami siap jika harus membersihkan selokan. Tidak semua selokan ditutup, nanti ada dua beton yang bisa diangkat untuk membersihkan saluran ini. Kami juga sudah menyiapkan gambar dan desain untuk pemanfaat ruang tersebut [selokan]," ungkapnya.

Seorang pedagang lain, Suryo, menuturkan bahwa solusi ini diharapkan menjadi pertimbangan pemerintah setempat. Sebab, jika harus tergusur dan berpindah ke lokasi jualan lain, pedagang khawatir barang dagangannya tidak laku.

Baca Juga: Luthfi Si Pembawa Bendera saat Demo DPR Dituntut 4 Bulan Penjara

"Setidaknya kami berusaha untuk bisa memberi solusi dan menjadi pertimbangan pemerintah. Lebar selokan lebih kurang dua meter. Pedagang kacamata juga tak butuh lokasi yang luas. Cukup satu meter untuk barang jualan, sisanya untuk akses jalan pembeli," tambah dia.

Hingga kini, pengajuan surat audiensi telah dilayangkan pedagang kepada Bupati Sleman Sri Purnomo. Pihaknya masih menunggu waktu untuk pertemuan membahas masa depan pedagang, yang sudah 20 tahun berjualan di Jalan Colombo.

Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman Mae Rusmi Suryaningsih mengungkapkan bahwa pihaknya juga menunggu pertemuan tersebut.

"Kami masih menunggu pertemuan untuk membahas persoalan ini. Namun, kami menegaskan, pedagang yang berjualan di luar kawasan selter dan pasar tradisional bukan ranah kami," kata dia.

Load More