SuaraJogja.id - Sudah empat tahun belakangan produksi padi di Kabupaten Sleman bagian timur terus merosot. Kondisi ini, menurut Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman terjadi antara lain di Kecamatan Berbah, Prambanan, dan Kalasan tak hanya karena minimnya pasokan air melalui Selokan Mataram, melainkan juga pengaruh musim.
"Selain karena ada penurunan pasokan air akibat konflik dari petani dan pembudi daya ikan, penurunan produksi juga karena pengaruh musim," kata Kepala DP3 Sleman Heru Saptono di Sleman, Jumat (7/2/2020).
Heru berujar, produksi di wilayah Berbah pada 2016 mencapai 19,05 ton, tetapi merosot drastis di tahun berikutnya menjadi 17,08 ton dan kembali turun pada 2018 dan 2019, masing-masing sebanyak 14,08 ton dan 13,86 ton.
"Di Kecamatan Prambanan, dari awalnya capaian produksi sebanyak 19,03 ton pada 2016, turun menjadi 17,56 ton di 2017. Dua tahun berikutnya, anjlok ke angka 16,56 ton dan 14,3 ton," terang Heru pada ANTARA.
Baca Juga: GBB TIM Diruntuhkan, Ini Kisah Jose Dirikan Lapak Buku Bersama WS Rendra
Sementara itu, di Kecamatan Kalasan, sepanjang 2016 produksi padi sebanyak 22,11 ton, lalu pada 2017 sebanyak 19,53 ton, pada 2018 turun lagi menjadi 17,03 ton, dan pada 2019 anjlok ke angka 16,76 ton.
"Ya memang penurunan produksi padi sawah di tiga kecamatan sisi timur Kabupaten Sleman itu dipengaruhi oleh persoalan irigasi dari Selokan Mataram. Namun faktor musim juga memberikan pengaruh, kondisi cuaca akhir-akhir ini tidak menentu," tambah Heru.
Menurut dia, upaya refungsionalisasi Selokan Mataram diharapkan bisa mendongkrak hasil panenan padi di Sleman timur, setidaknya lahan pertanian tidak mengalami puso.
Sebelumnya, DP3 Sleman dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) telah menutup pintu flushing Grojogan di Dusun Nanggulan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok.
Penutupan ini merupakan buntut dari persoalan distribusi air Selokan Mataram yang diperebutkan kelompok petani tanaman pangan dan pembudi daya ikan di wilayah Kalasan dan sekitarnya.
Baca Juga: Dituduh Rasis dan Homofobia, Ardhito Pramono: Gue Tinggal Sama Cowok Gay
Berdasarkan penuturan Kepala Seksi Pelaksanaan Op BBWSSO Hanugrah Purwadi, sesuai aturan, irigasi Selokan Mataram seharusnya diprioritaskan untuk pengairan sawah. Namun sejak empat tahun terakhir, petani di Sleman timur kesulitan mendapatkan air karena diduga disabotase kelompok pembudi daya ikan.
Berita Terkait
-
Dapat Pengakuan UNESCO, Subak Desa Bengkel Jadi Percontohan Penerapan Ekohidrologi
-
Untuk Tingkatkan Produksi Padi dan Jagung 2024, Mentan Lanjutkan Program Optimasi Pemanfaatan Lahan Rawa
-
Kebumen Panen Raya Padi, Potensi Produktivitas Capai 7 - 8 Ton per Hektare
-
544 Hektare Sawah di Sleman Terdampak Penutupan Aliran Selokan Mataram
Terpopuler
- Keponakan Megawati jadi Tersangka Kasus Judol Komdigi, PDIP: Kasus Alwin Jabarti Kiemas Contoh Nyata Politisasi Hukum
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Hukum Tiup Lilin Dalam Islam, Teganya Geni Faruk Langsung Padamkan Lilin Ultah saat Akan Ditiup Ameena
- Kevin Diks: Itu Adalah Ide yang Buruk...
- Sebut Jakarta Bakal Kembali Dipimpin PDIP, Rocky Gerung: Jokowi Dibuat Tak Berdaya
Pilihan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Ingat! Penurunan Harga Tiket Pesawat Domestik 10 Persen Hanya Berlaku Hingga 3 Januari
Terkini
-
Pasca Pilkada 2024, Jusuf Kalla sebut Minimnya Konflik Bukti Demokrasi di Indonesia telah Dewasa
-
Pilkada di DIY Lancar, Tapi Sleman Diwarnai Bagi-Bagi Uang Saat Pencoblosan
-
Dapur Soto Ludes Terbakar di Bantul, Kerugian Rp50 Juta
-
7 Tahun Sukses, INNSiDE by Melia Yogyakarta Perkuat Jalinan dengan 50 Perusahaan
-
Hasil Quick Count: Endah-Joko Pimpin Pilkada Gunungkidul, Raih 40,83 Persen Suara