Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 16 Februari 2020 | 17:33 WIB
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berjalan menuju pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

SuaraJogja.id - Kepulangan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China ke kampung halamannya menjadi rasa lega tersendiri. Setelah menjalani proses evakuasi, observasi hingga karantina selama dua minggu, salah seorang WNI asal Sleman, DI Yogyakarta, Nugraha Krisdiyanta (46) membeberkan pengalamannya ketika virus corona mewabah di Negeri Tirai Bambu kala itu.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah Republik Indonesia (RI) telah menjemput sebanyak 237 WNI yang berada di Wuhan, China. Hal itu menyusul situasi gawat di Wuhan usai merebaknya virus Corona yang menyebabkan ribuan warga China meninggal. Setelah dilakukan penjemputan ratusan WNI tersebut kemudian menjalani serangkaian observasi dan karantina di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau sejak 1 Februari dan berakhir pada 14 Februari lalu.

Setelah karantina selama dua pekan, pemerintah memastikan 237 WNI tersebut sehat dan tak terjangkit coronavirus. Sehingga pada Sabtu (15/2/2020) WNI yang disebut sebagai peserta observasi ini dipulangkan ke daerah masing-masing.

"Rasanya sudah bahagia bisa kembali ke rumah (Sleman). Kemarin (Sabtu-red) dari Halim Perdana Kusuma, Jakarta ke Bandara Adisutjipto lancar dan saya langsung kembali ke rumah di Maguwoharjo, Sleman," kata Nugraha saat dihubungi SuaraJogja.id, Minggu (16/2/2020).

Baca Juga: Begini Detik-detik Mobil Terbang Hingga Terguling di Depan Polres Sleman

Nugraha membeberkan bahwa keadaan di tempatnya menempuh pendidikan tidaklah mencekam seperti apa yang diberitakan media. Ayah dua anak yang menjadi mahasiswa di Central China Normal University, Wuhan, Provinsi Hubei, China ini mengaku keseharian dia dan beberapa warga Wuhan berjalan seperti biasa saat virus tersebut mewabah.

"Sebenernya di Wuhan saat itu kan memasuki liburan musim dingin dan liburan Imlek. Nah mahasiswa juga memilih pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Termasuk warga China pulang ke desanya ketika Imlek tiba. Jadi kami beraktivitas seperti biasa, namun pemerintah setempat menekankan kepada warga termasuk mahasiswa untuk menggunakan masker saat keluar rumah," jelasnya.

Nugraha menceritakan bahwa pemerintah China juga menganjurkan warga untuk tidak berkumpul di kerumunan yang padat. Hal itu juga untuk meminimalisasi penyebaran virus.

"Terus terang pemerintah setempat tak memberi larangan khusus kepada warganya. Apalagi sampai melarang keluar dari rumah. Hanya saja dianjurkan berada di dalam rumah ketika tidak ada urusan yang penting. Kalaupun ingin keluar pemerintah juga mengimbau untuk tak mendatangi tempat yang banyak kerumunan masyarakat," aku Nugraha.

Ia melanjutkan, setelah maraknya penyebaran virus Corona, mahasiswa Indonesia yang berada di asrama kampus selalu di pantau oleh petugas. Namun petugas sendiri merupakan mahasiswa lain yang ditunjuk dosen untuk melaporkan aktivitas dan suhu tubuhnya.

Baca Juga: Hujan Angin Kencang Guyur Sleman, Pohon Mindi Timpa Rumah Warga Sendangadi

"Memang petugas khusus (kesehatan) tidak ada, petugas sendiri adalah mahasiswa di kampus kami yang tiap hari meminta laporan terkait suhu tubuh kami. Jadi petugas khusus dipusatkan di rumah sakit yang ada di Wuhan," ucap dia.

Load More