Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 21 Februari 2020 | 14:36 WIB
Kepala MI Qurrota A'yun Sleman Muh Afifuddin memberi keterangan soal perundungan siswa yang viral di Twitter, di salah satu kompleks sekolah setempat, Jumat (21/2/2020) - (Suara.com/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Setelah ramai utas soal aksi perundungan atau bullying dari akun Twitter @Mummy_Nduty, Rabu (19/2/2020), pihak sekolah memberikan tanggapan tentang kejadian yang dikabarkan membuat siswa SD di Yogyakarta itu harus dilarikan ke RS Bethesda dan ususnya dioperasi setelah dipukuli teman-temannya.

Korban, yang disinyalir merupakan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Qurrota A'yun, Dusun Blotan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini, sudah tidak masuk sekolah selama tiga pekan.

Kepala MI Qurrota A'yun Sleman Muh Afifuddin membenarkan bahwa korban adalah siswa sekolah yang ia pimpin. Kendati demikian, ia membantah telah terjadi perundungan dan kekerasan yang dilakukan salah satu siswa kepada korban.

Selain itu, ia juga mengaku tidak mengetahui kapan pastinya kejadian itu menimpa korban. Hanya saja, ia menerangkan kronologi yang nyaris serupa dengan isi utas yang beredar, yaitu kejadian berlangsung kala kegiatan wudu bersama menjelang waktu salat duha.

Baca Juga: Gegara Minta Cerai, Kakek Sopandi Membabi Buta Tusuk Istrinya di Kasur

"Tapi kami bantah, tidak ada penganiayaan, betul-betul tidak ada. Gambaran saya penganiayaan itu dipukuli, ini tidak ada. Hanya anak laki-laki berkumpul semua, sedang wudu, bercanda, tidak ada kesengajaan di situ," kata dia di sekolah, Jumat (21/2/2020).

Afif menambahkan, pihak sekolah hingga kini tidak mengetahui penyebab korban sampai menderita sakit perut. Namun, siswa yang disebut-sebut diduga mengalami perundungan itu, menurut keterangannya, memang sudah tidak masuk sekolah selama dua pekan belakangan.

"Dua hari setelah kejadian masih masuk. Anak yang bersangkutan sudah ditanya siapa yang melakukan itu padanya, ia menyebut satu nama temannya, tapi saya tidak bisa menyebutkan nama anak itu. Lalu kami tanyai anak itu, yang namanya disebut tadi. Anak ini tidak mengaku dan malah menangis, "Saya tidak melakukan apa-apa"," imbuhnya, sembari meniru kalimat terduga pelaku.

Dirinya juga tak mengetahui, siapa guru yang berada di lokasi pada waktu kejadian yang menimpa korban.

"Tapi saya pastikan tidak ada kekerasan," kata dia.

Baca Juga: Dua Pasien Corona Covid-19 Kapal Pesiar Diamond Princess Meninggal Dunia

Ia pun berharap, persoalan yang muncul tak sampai ke ranah hukum karena pihak sekolah akan bertemu keluarga korban,sebagai bentuk tanggung jawab. Bila keluarga korban berkenan, sekolah juga akan menanggung biaya perawatan korban.

Load More