Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 07 Maret 2020 | 17:36 WIB
Peringatan kenaikan tahta Sri Sultan Hamengku Buwana X, Sabtu (7/3/2020). [@kratonjogja / Twitter]

Ketua Panitia Pengetan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwana X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, menuturkan, sebenarnya banyak tema yang ingin diangkat dalam rangka peringatan Jumenengan tersebut. Tahun lalu, pihak Keraton telah mengangkat tema manuscript Keraton. Tahun ini, pihak Keraton akan mengusung tema tekstil.

"Sebenarnya banyak tema yang bisa kita angkat. Kami ingin berbeda setiap tahunnya," ujar GKR Hayu dalam jumpa pers beberapa waktu lalu.

Dalam peringatan ini, tema tekstil akan dimanifestasikan dalam artian busana, di mana tata cara pengageman [pemakaiannya] cukup banyak, begitu juga peraturannya. Di antaranya, nanti akan ada pameran batik yang bukan sekadar pameran, tetapi juga menunjukkan pemakaian batik.

Banyak tata cara pengageman di dalam Keraton yang masyarakat belum tahu, antara lain adanya perbedaan pakaian untuk wanita yang sudah datang bulan dengan yang belum. Di samping itu,  sekarang banyak mengenakan Wiru, padahal seharusnya anak-anak Sabuk Wolo.

Baca Juga: Ricuh Ojol di Babarsari, Ini Himbauan dari Polda DI Yogyakarta

"Anak-anak kecil yang pakai blangkon itu salah. Yang betul kalau sudah khitan, maka boleh memakai blangkon," papar GKR Hayu.

Selain itu akan ada juga workshop tentang tata cara pengageman. Tujuan dari workshop ini adalah agar masyarakat mengetahui tentang seluk beluk penggunaan pakaian di dalam Keraton Yogyakarta. Pameran ini akan dibagi dalam tiga ruangan dengan tema-tema yang berbeda.

Dalam tingalan kali ini, pameran dan juga workshop akan dikemas sesuai dengan eranya -- milenial. Sebab, tidak sedikit kaum milenial yang menganggap bahwa pengageman saat ini terkesan kuno. Hal itu terlihat dari adanya penurunan jumlah anak muda yang berkunjung ke museum seperti Keraton.

"Dalam event ini tidak sekadar memajang baju menggunakan manekin, terus fashion show, tetapi kita ada interaksi teknologinya, menggunakan warna-warna yang modern, penataan bahasanya yang tidak terlalu baku, tetapi lebih kepada story telling yang lebih ringan," papar GKR Hayu.

Dalam pementasan nanti juga akan ada Tari Bedoyo terbaru yang diciptakan Sri Sultan HB X dengan sampur [selendang] yang didesain khusus untuk tarian tersebut.

Baca Juga: 3 Warga Yogyakarta Terjangkit Virus Corona, Ini Faktanya

Load More