Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 07 Maret 2020 | 17:36 WIB
Peringatan kenaikan tahta Sri Sultan Hamengku Buwana X, Sabtu (7/3/2020). [@kratonjogja / Twitter]

SuaraJogja.id - Tepat hari ini, Sabtu (7/3/2020) Sri Sultan Hamengku Buwono X memeringati 32 tahun dinobatkan sebagai raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Merujuk pada kronik, Ngarso Dalem dinobatkan sebagai raja pada Selasa Wage, 7 Maret 1989 atau 29 Rejeb Wawu 1921.

Ngarso Dalem yang saat itu bergelar KGPH Mangkubumi resmi dinobatkan sebagai Raja ke-10 Keraton Kasultanan Ngayogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Bertepatan dengan peringatan dinobatkannya Ngarso Dalem sebagai Raja Yogyakarta, 32 tahun jumenengan sultan masuk dalam jajaran trending di sosial media Twitter dengan hastag 32tahunjumenengandalem.

Baca Juga: Ricuh Ojol di Babarsari, Ini Himbauan dari Polda DI Yogyakarta

Peringatan kenaikan tahta Sri Sultan Hamengku Buwana X masuk trending Twitter, Sabtu (7/3/2020). [Twitter]

Banyak di antara netizen yang memberi ucapan sekaligus menitipkan doa kepada Raja Yogyakarta tersebut.

"Selamat dan sukses selalu, semoga diberi kesehatan," kata @_GARUDADiDADAKU.

"Nderek Mangayubagya," kata @mocharifsubark.

"Bupati Bantul beserta jajaran di lingkungan pemerintah Kabupaten Bantul dan segenap masyarakat Bantul mengucapkan Turut Berbahagia Ulang Tahun Kenaikan Tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X," tulis akun resmi pemkabbantul.

"NDerek Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem," tulis @HernawanWan.

Baca Juga: 3 Warga Yogyakarta Terjangkit Virus Corona, Ini Faktanya

Dalam peringatan kenaikan tahta Sri Sultan Hamengku Buwana X akan dimeriahkan dengan sejumlah event. Adapun tema yang diusung kali ini yakni tetap berupaya untuk mengedukasi masyarakat tentang Keraton, terutama terhadap generasi milenial.

Ketua Panitia Pengetan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwana X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, menuturkan, sebenarnya banyak tema yang ingin diangkat dalam rangka peringatan Jumenengan tersebut. Tahun lalu, pihak Keraton telah mengangkat tema manuscript Keraton. Tahun ini, pihak Keraton akan mengusung tema tekstil.

"Sebenarnya banyak tema yang bisa kita angkat. Kami ingin berbeda setiap tahunnya," ujar GKR Hayu dalam jumpa pers beberapa waktu lalu.

Dalam peringatan ini, tema tekstil akan dimanifestasikan dalam artian busana, di mana tata cara pengageman [pemakaiannya] cukup banyak, begitu juga peraturannya. Di antaranya, nanti akan ada pameran batik yang bukan sekadar pameran, tetapi juga menunjukkan pemakaian batik.

Banyak tata cara pengageman di dalam Keraton yang masyarakat belum tahu, antara lain adanya perbedaan pakaian untuk wanita yang sudah datang bulan dengan yang belum. Di samping itu,  sekarang banyak mengenakan Wiru, padahal seharusnya anak-anak Sabuk Wolo.

"Anak-anak kecil yang pakai blangkon itu salah. Yang betul kalau sudah khitan, maka boleh memakai blangkon," papar GKR Hayu.

Selain itu akan ada juga workshop tentang tata cara pengageman. Tujuan dari workshop ini adalah agar masyarakat mengetahui tentang seluk beluk penggunaan pakaian di dalam Keraton Yogyakarta. Pameran ini akan dibagi dalam tiga ruangan dengan tema-tema yang berbeda.

Dalam tingalan kali ini, pameran dan juga workshop akan dikemas sesuai dengan eranya -- milenial. Sebab, tidak sedikit kaum milenial yang menganggap bahwa pengageman saat ini terkesan kuno. Hal itu terlihat dari adanya penurunan jumlah anak muda yang berkunjung ke museum seperti Keraton.

"Dalam event ini tidak sekadar memajang baju menggunakan manekin, terus fashion show, tetapi kita ada interaksi teknologinya, menggunakan warna-warna yang modern, penataan bahasanya yang tidak terlalu baku, tetapi lebih kepada story telling yang lebih ringan," papar GKR Hayu.

Dalam pementasan nanti juga akan ada Tari Bedoyo terbaru yang diciptakan Sri Sultan HB X dengan sampur [selendang] yang didesain khusus untuk tarian tersebut.

Load More