Bukti pendukung lain, dalam babadnya sendiri, Pangeran Diponegoro juga menceritakan, beberapa kali menerima hadiah dari Clerens berupa kuda, bahkan kuda maupun uang dari De Cock.
Dari informasi yang dihimpun SuaraJogja.id, nama terakhir yang disebut Roni tadi memiliki nama lengkap Letnan Gubernur Jenderal Hendrik Merkus de Kock. De Kock merupakan pemimpin prajurit Belanda kala menjajah Indonesia pada era 1825-1830. Di masa itu, berhadapan dengan Pangeran Diponegoro, perang selalu berstatus waspada bagi prajurit Belanda.
"Artinya pertukaran hadiah antara mereka itu adalah suatu hal yang biasa," sambung Roni.
Belum selesai, Roni memaparkan bukti berikutnya. Ketika Raden Saleh mau melukis peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro, Raden Saleh sempat melihat keris itu, dan ada catatan yang dibuat oleh Alibasya Sentot.
Baca Juga: Viral! Ayam Hitam Dijual Rp 93.000, Warganet : Ayam Piaraan Black Panther
"Nah di situ pula, di kertas yang sama, dipandu oleh Sentot dalam menulis, Raden Saleh memberikan catatan, menambahkan catatan tentang bentuk kerisnya, tentang ciri-ciri, detail, tentang makna Naga Siluman, kemudian keris itu disimpan," ucapnya.
Sebagai keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro, Roni menilai, kembalinya keris itu ke tangan pemerintah Indonesia merupakan hal yang positif, tentu terlepas dari kontroversi yang muncul setelahnya.
"Harapan saya, keris itu dirawat, disimpan oleh pemerintah, tetapi jangan kemudian sekian tahun yang akan datang, justru menjadi barang yang akan beredar di pasar gelap, misalnya dipalsukan," kata dia.
Di mata Roni, sepertinya hal biasa di Indonesia, barang museum tiba-tiba raib lalu diganti dengan barang palsu dan beredar di pasar gelap.
"Jangan sampai terjadi, apa pun pusaka itu. Milik siapa pun pusaka itu," ucapnya.
Baca Juga: Penyemprotan Disinfektan Cegah Penyebaran Corona di Masjid
Berikutnya, ia melanjutkan, momen ini menjadi waktu yang tepat bagi semua warga Indonesia, untuk mau belajar kembali, mau merasa memiliki kembali warisan-warisan leluhur, apa pun bentuknya itu.
Ditanyai perihal pernyataan dirinya yang nyaris serupa dengan pernyataan Sri Margana, Roni dengan blak-blakan mengaku sudah berbincang dengan Sri Margana.
"Ya, saya memang mewawancarai Margana karena Margana yang ditugaskan negara untuk menjemput keris itu. Kalau ada orang mau mem-bully Margana [karena tidak setuju apa yang diungkapkan], ya sah-sah saja. Margana juga santai karena memang warga kita ini senang bertikai," ungkapnya, lagi-lagi dengan diikuti tawa kecil. "Wajar kalau sampai sekarang kita ini dijajah. Kita tidak usah menyalahkan Belanda. Dijajahnya Indonesia, karena kita sendiri yang salah, suka berbeda pendapat dan bertikai."
"Kalau pada saat itu para pangeran di Indonesia tidak bertikai, kita tidak akan bisa dijajah. Kalau hari ini kita tidak bertikai, kita sudah menjadi negara yang hebat. Karena kita negara yang suka bertikai, maka kita bikin peniti pun tidak bisa," ungkapnya, menutup percakapan.
Menurut Roni, komentar seperti di atas merupakan pernyataan orang yang tidak pernah membaca buku. Orang-orang itu berpikir, kata dia, kalau zaman dahulu perang seperti masa sekarang sampai tak bertegur sapa bila berpapasan di jalan.
"Tidak seperti itu, dalam surat-menyurat dengan anaknya, surat-menyurat dengan Clerens, Diponegoro itu memanggil Clerens dengan sebutan Dimas. Artinya perbedaan posisi, perbedaan politik pada saat itu tidak memengaruhi hubungan pribadi," ujarnya.
Berita Terkait
-
Ini Wujud Keris Naga Siluman Diponegoro yang Akhirnya Kembali ke Tanah Air
-
Ingin Bantul Lebih Ramai, Bupati Resmikan Taman Klodran Sisi Barat
-
Ketua DPR Bangga Keris Indonesia Diakui Dunia
-
Wah! Drama Musikal Ini Sajikan Sisi Romantis Pangeran Diponegoro
-
Sebelum Kampanye, Prabowo Subianto ke Makam Pangeran Diponegoro
Terpopuler
- Telat Gabung Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Rp31,29 Miliar Dicoret Kluivert Lawan China
- 7 Pilihan Mobil Bekas Murah di Bawah Rp30 Juta, Barang Lawas Performa Tetap Berkelas
- Kontroversi Bojan Hodak di Kroasia, Sebut Persib Bandung Hanya Tim Papan Bawah
- Dear Erick Thohir! Striker Pencetak 29 Gol Keturunan Kota Petir Ini Layak Dinaturalisasi
- 7 HP Murah dengan Kamera Jernih: Senjata Andalan Para Content Creator
Pilihan
-
7 Mobil Bekas Toyota-Suzuki: Harga Mulai Rp40 Jutaan, Cocok buat Keluarga Kecil
-
Kaesang Pangarep Dikabarkan Pamit dari Persis Solo, Kevin Nugroho: Masih Datang Kongres Lho
-
Bakal Debut Lawan China, Emil Audero Punya Kepercayaan Diri Tinggi!
-
BREAKING NEWS! Erick Thohir Mendadak Tinggalkan Kongres PSSI, Ada Apa?
-
5 Rekomendasi Mobil Tangguh dan Murah, Cocok Buat Pemula yang Baru Belajar Nyetir!
Terkini
-
Titik-Titik Sampah Ilegal di Ring Road Yogyakarta Terungkap Ini Daftar Lokasinya dan Upaya Penanganannya
-
100 Persen Rampung, Tol Klaten-Prambanan Tinggal Tunggu SK Menteri untuk Dioperasikan
-
Dokter Spesialis Lebih Menggiurkan? Puskesmas di Sleman Kekurangan Tenaga Medis
-
Istana Sebut Gosip, Pengamat Bilang Luka Politik: Drama Megawati-Gibran di Hari Lahir Pancasila
-
Konflik Memanas: PT KAI Beri SP2, Warga Lempuyangan Terancam Digusur