SuaraJogja.id - Kelompok yang tergabung dalam Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bangun Akses Kemandirian (Bank) Difabel Ngaglik, dampingan Muhammadiyah, saat ini tengah memproduksi Alat Pelindung Diri (APD). Aktivitas tersebut sebagai respons atas kebutuhan pakaian APD yang memang melonjak seiring dengan mewabahnya COVID-19 di Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammdiyah Ahmad Ma'ruf menjelaskan, kegiatan yang dijalankan oleh kelompok difabel dampingan MPM ini merupakan hasil dari komunikasi yang dijalin dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang mengalami kesulitan penyediaan APD untuk petugas kesehatan dalam penanganan kasus COVID-19.
"Karena merespons emergensi corona ini, dalam beberapa hari ini komunikasi juga dengan pihak rumah sakit, tampaknya teman-teman difabel bisa berkontribusi nyata dalam memproduksi APD," kata Ma'ruf saat ditemui SuaraJogja.id di KSP Bank DIfabel Panggungsari RT 09/RW 23, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Kamis (26/3/2020).
Ia menuturkan bahwa pihaknya meminjam salah satu contoh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul untuk menyamakan standarisasi APD tersebut. Hal itu juga dilakukan untuk memastikan bahwa APD yang diproduksi sudah berdasarkan supervisi dari rumah sakit terkait.
Kelompok difabel itu dikoordinasi oleh dua orang difabel berprofesi penjahit, yakni Iswanto dan Sri Widodo. Hingga saat ini ada 10 anggota yang berprofesi sebagai penjahit dari total 60 anggota koperasi yang saat ini tengah dalam proses memproduksi ratusan APD.
Kegiatan pengadaan APD oleh kelompok rentan difabel ini diharapakan tidak hanya akan berdampak pada tersedianya APD bagi para pelaku di bidang kesehatan, tapi juga akan memiliki dampak ekonomi bagi para pembuat APD ini.
"Harapan kami dari program ini adalah kepedulian teman-teman merespons, tapi yang kedua juga ini menciptakan kesempatan kerja bagi teman-teman ini," tambahnya.
Salah satu koordinator penjahit APD, Iswanto, menjelaskan, pada tahap awal kelompok difabel dipercaya oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah untuk memproduksi sebanyak 800 unit APD. Setelah menyetujui jumlah APD yang diberikan, pembuatan 800 APD itu pun ditargetkan selesai dalam satu minggu dikarenakan mendesaknya kebutuhan APD untuk digunakan tenaga medis, menyusul meningkatnya jumlah pasien COVID-19.
"Kita bagi tugas, ada yang motong, ada yang membikin pola, kebetulan saja menjahit sampel dulu kemudian kita distribusikan ke teman-teman di tempat yang berbeda, alasannya juga untuk mengurangi pertemuan dengan teman-teman," ungkapnya.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Jateng, 1 Tewas karena Melawan
Tidak ada perbedaan yang menojol saat menjahit APD dan baju biasa, kata dia. Satu perbedaannya adalah dari ketebalan bahan. APD mempunyai bahan yang lebih tipis beda dari kain biasa, dan jika salah, tidak dapat dilepas lagi.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat APD ini adalah spunbond dan parasut. Dua bahan ini sudah menjadi standar dari rumah sakit untuk pembuatan APD. Saat ini, dalam satu hari setiap orang diperkirakan dapat membuat hingga tujuh buah APD.
Hingga saat ini selain dari kendala tenaga jahit, menurutnya, pencarian bahan baku yang tidak mudah juga menjadi tantangan. Barang baku sudah terbilang langka karena banyaknya pihak yang memborong dan membuat harga terus meningkat.
Namun terkait pengadaan barang, kelompok difabel dampingan MPM PP Muhammadiyah ini masih dipasok secara langsung oleh PKU Muhammadiyah Bantul. Sedangkan, terkait keamanan dan kebersihan APD, kelompok difabel tetap berpedoman kepada anjuran rumah sakit, seperti memberlakukan social distancing dalam proses pembuatan, selalu memakai masker, hingga tempat produksi yang disterilkan terlebih dahulu dengan penyemprotan disinfektan.
Berita Terkait
-
Mulia Banget, Anne Avantie Jahit Baju APD Massal Buat Tenaga Medis
-
Kepanasan Pakai APD, Petugas Penyemprot Disinfektan di Surabaya Pingsan
-
Pasokan APD dari Pusat Tiba di Kalsel, Dinkes Wilayah Tunggu Distribusinya
-
Lawan Corona, Raffi Ahmad Mulai Salurkan APD ke Tenaga Medis
-
Minta Pemerintah Stok APD, PPNI: Perawat Juga Takut Tertular Corona
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
-
Usai Dilantik, Menkeu Purbaya Langsung Tanya Gaji ke Sekjen: Waduh Turun!
-
Kritik Sosial Lewat Medsos: Malaka Project Jadi Ajak Gen Z Lebih Melek Politik
Terkini
-
DIY Darurat Sampah Impian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Terancam Gagal Total?
-
Masjid di Tengah Tol Jogja-Solo Akhirnya Direlokasi: Kisah At-Taubah Berlanjut
-
Polisi Tegaskan Pelaku Pelemparan Bom Molotov Pos Polisi Tak Ikut Aksi Berujung Ricuh di Polda DIY
-
Bukan Dendam, Bukan Target, Ini Alasan Mengejutkan di Balik Pelemparan Molotov Pospol Jogja-Sleman
-
Teror Molotov di Jogja: Polisi Ringkus 2 Pelaku, Salah Satunya Sempat Kabur!