Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 22 April 2020 | 18:20 WIB
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. [Antara]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kota  Yogyakarta (Pemkot Jogja) terus menekankan kepada masyarakat Jogja yang tengah bekerja di luar DIY untuk tidak mudik terlebih dahulu. Mendekati bulan puasa, sejumlah warga banyak yang berupaya untuk kembali ke kampung halamannya dengan alasan jenuh dan tak ada pekerjaan di kota perantauanny.

Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi menuturkan bahwa pelarangan mudik warga dari luar kota ke Jogja bisa menekan jumlah kasus COVID-19.

"Saya kira larangan mudik [dari pemerintah pusat] mempermudah pemerintah daerah mengelola sebaran COVID-19," kata Heroe di Balaikota Yogyakarta, Rabu (22/4/2020).

Heroe melanjutkan, kasus positif corona dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Yogyakarta rata-rata berasal dari luar kota.

Baca Juga: Kepada Media Kroasia, Marko Simic Ungkap Tipe Wanita yang Disukai

"Kasus positif dan PDP sebagian besar berasal dari perjalanan luar kota, sehingga ketika mudik ini disetop bisa jadi mengurangi potensi penularan," jelasnya.

Kendati demikian, Heroe tak menampik bahwa sudah ada masyarakat yang lebih dulu tiba di Jogja sebelum kebijakan larangan mudik ini ditetapkan.

"Kita juga perlu hati-hati saat ini. Namun jika masyarakat yang sudah datang dan mau melakukan anjuran pemerintah, yakni karantina diri selama 14 hari, penularan ini bisa diminimalisasi," terang Heroe.

Ia menjelaskan, hingga 21 April 2020 sudah lebih dari 2.141 orang yang yang masuk ke Kota Yogyakarta.

"Lebih kurang sudah 2.000 lebih yang masuk. Jadi itu terbagi ke dalam dua kelompok. Pertama warga yang memutuskan mudik ke Jogja, dan warga Kota Jogja yang bekerja di luar kota," tambah Heroe.

Baca Juga: Clara Gopa Cemburu Atta Halilintar Pacari Aurel Hermansyah, Kok Bisa?

Hingga 21 April 2020, kasus pasien positif corona di Kota Jogja tercatat sebanyak enam orang. Rinciannya, lima orang sembuh dan satu meninggal.

Load More