Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Arendya Nariswari
Jum'at, 24 April 2020 | 03:30 WIB
Kompleks makam Panembahan Bodho tahun ini akan menggelar prosesi nyadran dengan cara streaming, Minggu (19/4/2020). [Mutiara Rizka M / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Sebagai bulan yang paling ditunggu-tunggu umat Muslim sedunia, Ramadan menjadi bulan paling istimewa. Bahkan, sebelum Ramadan tiba, warga di setiap daerah punya tradisi khas untuk menyambut datangnya bulan penuh berkah ini.

Di Jogja sendiri, ada sejumlah tradisi unik menyambut bulan suci Ramadan. Sayangnya, karena di Ramadan tahun ini pandemi corona belum berakhir, warga Jogja diimbau untuk tak melakukan sejumlah tradisi tersebut, apalagi yang berpotensi melibatkan kerumunan orang.

Namun, untuk melepas rindu akan tradisi menyambut Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, SuaraJogja.id telah merangkum dari Guideku.com empat tradisi unik menyambut Ramadan khas Jogja. Apa saja? Simak daftarnya berikut ini:

1. Nyadran atau ziarah

Baca Juga: Anies Perpanjang PSBB Jakarta 28 Hari, Sopir Ojol Makin Menjerit

Ziarah sebelum bulan suci Ramadan, yang juga biasa disebut nyadran, telah menjadi tradisi turun temurun warga Jogja.

Tradisi nyadran dilakukan dengan berziarah ke makam leluhur yang sudah meninggal untuk mendoakan mereka agar dosa-dosanya selama di dunia diampuni. Saat nyadran, warga akan melakukan bersih-bersih makam, kenduri, dan tabur bunga bersama saudara atau penduduk sekitar.

2. Labuhan

Labuhan merupakan salah satu tradisi istimewa menjelang Ramadan karena hanya boleh dilakukan oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan punggawanya, berdasarkan perintah dari Sultan. Labuhan biasanya dilakukan dengan menghanyutkan beberapa helai rambut serta potongan kuku Sultan.

Rambut serta kuku tadi dihanyutkan ke laut lewat Pantai Parangtritis maupun Gunung Merapi. Warga Jogja percaya bahwa tradisi ini akan menghadirkan ketentraman serta kesejahteraan.

Baca Juga: Mirip Zoom, Google Meet Kini Bisa Tampung 16 Orang dalam 1 Layar

3. Apeman

Load More