Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 30 April 2020 | 05:20 WIB
Suasana Terminal Giwangan yang sepi penumpang sejak diberlakukannya larangan pemudik masuk ke DIY, Selasa (28/4/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Seorang mahasiswi perguruan tinggi negeri asal Medan, Putri Shakinah Ayuningtiyas, terpaksa tinggal di Yogyakarta selama Ramadan hingga Lebaran. Ia tidak bisa pulang ke Medan karena tidak ada penerbangan komersial yang beroperasi selama pandemi corona, termasuk ke kota kelahirannya itu.

Putri terakhir pulang mengunjungi kedua orang tuanya pada bulan Februari tahun lalu. Sebelumnya, ia berencana untuk kembali ke Medan pada momen hari raya Idulfitri mendatang. Sayangnya, rencana tersebut gagal lantaran merebaknya virus corona.

"Belum sempat pesan tiket sih, karena rencana pulang mendekati hari raya, terus mau pesan tiket ragu-ragu karena khawatir," kata Shakinah saat dihubungi SuaraJogja.id, Rabu (29/4/2020).

Saat kabar merebaknya wabah corona mulai tersebar di tengah masyarakat, Putri menjadi ragu untuk pulang ke kampung halaman. Ia menyadari bahwa kedua orang tuanya sudah tak lagi muda dan adanya kemungkinan ia menjadi carrier virus.

Baca Juga: Aplikasi Ini Siap Bantu Ledakan Kunjungan Wisata Jogja Pasca Wabah COVID-19

Lantaran khawatir menjadi medium virus yang berisiko menulari keluarganya, Putri akhirnya memilih tinggal di kos bersama lima temannya yang bernasib sama. Dalam bangunan kos Putri sedianya dihuni 30 orang mahasiswi, tetapi saat ini hanya tersisa enam yang mayoritas berasal dari luar Pulau Jawa.

"Sedih iya, rindu pasti. Sekarang cuma mencoba berfikir positif saja, nguatin orang tua dan diri sendiri biar enggak berlarut-larut," tutur Putri, menjelaskan perasaannya.

Sudah lebih dari setahun tidak pulang ke kampung halaman, Putri mengaku sangat merindukan masakan rumahan buatan ibunya, terutama sambal-sambal yang tak bisa ia dapatkan di Yogyakarta.

Demi mengobati rasa rindu Putri terhadap masakan rumah, ibu Putri kerap mengirimi anaknya lauk pauk dari Medan. Selain itu, Putri juga selalu membunuh rasa rindunya dengan melakukan beberapa kegiatan.

Selama bulan Ramadan, Putri melakukan beberapa kegiatan untuk mengisi waktu, di antaranya adalah mengerjakan skripsi hingga memberikan les secara online untuk siswa SD mengenai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Baca Juga: Mahasiswa Curhat Terjebak di Jogja, Kangen Masakan Ortu Sampai Takut Pulang

Putri menyampaikan bahwa ia memiliki donatur tetap yang rutin memberikan uang padanya. Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk membuat takjil bagi rekan-rekannya yang masih tinggal di Yogyakarta maupun mereka yang tinggal di jalanan.

"Ya pokoknya kalau ada kegiatan positif apa bisa nambah pahala, aku bisa ikut, ya ikut aja," imbuhnya.

Salah satu cara yang Putri lakukan untuk mengisi waktu adalah dengan melakukan kegiatan positif semacam membagikan takjil dan sembako. Selain itu, ia juga rutin mengikuti beragam kelas daring yang tersedia gratis serta mengikuti olahraga ringan untuk menjaga kondisi badan.

Putri berpendapat, penting baginya untuk menjaga kesehatan fisik maupun non-fisik. Salah satunya dengan menjalankan ibadah wajib dan sunah. Meskipun beberapa ibadah sunah di masjid dihentikan, seperti salat tarawih dan tadarus Al-Qur'an, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi Putri untuk lantas tak menjalankannya; ia tetap melakukan ibadah sunah selama tetap di rumah saja.

Ia mengaku, selama pandemi ini berlangsung, literasi digitalnya makin meningkat. Putri lebih banyak memanfaatkan paltform daring yang ada, terutama situs-situs yang menyediakan pembelajaran online secara gratis. Menurutnya, dewasa ini, konten gratis di sejumlah platform daring memiliki kualitas yang bagus dengan narasumber yang mumpuni.

Selanjutnya, Putri berpesan agar rekan-rekannya yang masih harus tinggal di tanah rantau untuk tetap merasa bahagia, menjaga pola makan dan asupan gizi yang diserap, menjaga kebersihan, berolahraga ringan, dan tetap melakukan kegiatan yang positif.

Load More