SuaraJogja.id - Padatnya aktivitas kemanusiaan yang dilakukan PMI Sleman selalu disokong dengan berbagai armada untuk memudahkan kinerja. Instansi non-pemerintah yang bergerak dalam kebencanaan hingga kemanusiaan ini selalu melengkapi dengan kendaraan untuk memudahkan operasi.
Namun, ada satu armada yang mencuri perhatian. Mobil model Kijang berwarna coklat yang nampak sudah berumur itu masih terpajang, bahkan kerap digunakan relawan PMI dalam menjalankan tugasnya. Beberapa relawan menyebutnya sebagai pusaka yang menjadi saksi bisu perjalanan PMI Sleman.
"Kijang coklat ini didatangkan ke PMI Sleman pada 1992 silam. Senior kami membawa dari Jakarta sebagai armada pembantu kinerja petugas," ungkap Humas Satgas Covid PMI Sleman, Septiadi Pitianta kepada SuaraJogja.id, Kamis (7/5/2020).
Pria yang kerap disapa Adi ini menyebut, armada berwarna coklat tersebut mulai beroperasi saat erupsi Merapi 1994.
Baca Juga: Pengalaman Suara.com Menghubungi Travel Gelap yang Jamin Lolos Bawa Pemudik
"Saat terjadi erupsi 1994, mobil ini sudah sering bergerak membantu relawan PMI. Mobil ini juga sering menjadi ambulance, karena kami belum punya banyak armada, ambulans pun tidak ada. Sehingga memanfaatkan kijang coklat ini," terang Adi.
Pada erupsi tersebut, armada tersebut sempat mengevakuasi 12 jenazah akibat erupsi Merapi yang terjadi pada 1994.
"Saat itu, mobil ini menjadi ambulan untuk mengevakuasi 12 korban. Jadi dimasukkan ke dalam mobil. Dulunya belum seperi itu (tidak ada bak)," katanya.
Adi bercerita, pernah ada seorang pria paruh baya yang akan mendonorkan darah di kantor PMI Sleman. Namun sebelum mendonorkan darah, ia sempat berjalan-jalan disekitar kantor dan melihat kijang tersebut.
"Setelah melihat itu, dia mengapresiasi dan mengatakan 'mobil njenengan bagus, yang jaga 12 orang baik-baik semua, joss'. Dari kata bapak tersebut saya masih teringat bahwa 2010 saat erupsi Gunung Merapi, mobil ini sangat kuat," ujarnya.
Baca Juga: Hingga Vaksin Corona Ditemukan, Stadion di Belanda Dipastikan Kosong
Sebanyak 400 tikar dan logistik dimasukkan ke dalam bak mobil. Kondisi bak yang melengkung karena terlalu banyak menahan beban tetap dipaksa untuk menanjak melintasi gunung.
"Akhirnya kita sampai lokasi, orang-orang yang melihat mobil itu pesimistis jika mobil bisa tiba di lokasi. Nyatanya mobil ini berhasil mengantarkan logistik untuk para korban," kata dia.
Tak hanya itu, meski banyak yang menyangsikan kemampuan mobil ini, faktanya ia masih mampu ngebut hingga 100 km/jam. Pernah suatu kali, kijang ini mengantar korban dari Cangkringan hingga ke RS Bhayangkara Polda DIY.
"Saya agak lupa tahun berapa tapi keadaan mobil memang sudah termakan usia. Polisi yang mengawal di depan tak percaya bahwa mobil ini bisa berjalan kencang. Namun mobil ini cukup stabil melaju di kecepatan 100 km/jam. Bahkan polisi menganggap mesin mobil sudah diganti, padahal tidak pernah diganti sama sekali," tutur relawan yang sudah bergabung di PMI Sleman sejak 2006 ini.
Beberapa sisi catnya sudah mengelupas semakin menunjukkan umurnya yang tak lagi muda. Meski begitu, mobil ini seakan tak mau menyerah dimakan usia.
Armada yang telah ditambahkan lampu Strobo dan pengeras suara ini cukup unik. Saat ia digunakan untuk bekerja tak ada masalah, namun sering macet saat digunakan untuk berjalan-jalan .
"Jika diajak dolan, mau distarter beberapa kali tidak segera menyala. Namun saat diajak untuk berkerja atau ada emergency, sekali starter rasanya seperti Fortuner," kelakar ayah 3 anak itu.
Koordinator Operasional Satgas Covid PMI Sleman, Yusuf Toto Purwoko mengungkapkan, armada berwarna coklat tentara itu terbilang sangat kuat.
Bahkan, diceritakan, mobil tersebut pernah membawa personil PMI Sleman yang baru saja bertugas ke Merapi. Saat perjalanan, jarum speedometer bensin sudah menunjukkan titik merah, namun armada tersebut tetap melaju tanpa halangan.
"Jadi meteran bensin itu di titik merah, tapi kami tetap tancap gas. Kami juga tidak tahu apakah meterannya yang rusak atau memang masih ada sisa bensin di dalam tangki," katanya.
Yusuf menganggap mobil Kijang Kotak sangat berkontribusi selama perjalanan PMI Sleman, meski kini PMI Sleman telah memiliki tambahan armada.
Berita Terkait
-
35 Twibbon Hari HAM Sedunia: Merayakan Kemanusiaan di Medsos!
-
Gaza Dilanda Krisis: Konvoi Bantuan Pangan Dijarah, Situasi Kemanusiaan Makin Memburuk
-
BRI Peduli Bekali Mantan PMI Indramayu Jadi Entrepreneur Handal
-
Tak Sekedar Pulang Kampung, BRI Peduli Bekali Eks PMI untuk Berdaya Usaha
-
Harga Setengahnya Avanza Baru tapi Lebih Bisa Muat Banyak, Ini 5 Opsi Mobil Bekas yang Layak Dipinang
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali