Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 11 Mei 2020 | 15:28 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (Antara/ist)

SuaraJogja.id - Hari Sabtu (27/5/2006) pagi gempa berkekuatan Magnitudo 6,4 mengguncang Jogja. Gempa yang berlangsung sekitar 57 detik itu tak hanya merobohkan ratusan bangunan, tetapi juga menewaskan ribuan orang.

Gempa yang berpusat di Bantul di kedalaman sekira 10 km tersebut tercatat telah merenggut sebanyak 5.800 jiwa. Peristiwa memilukan tersebut pun jadi tragedi terparah yang pernah terjadi di Jogja.

Dua tahun berselang, gempa berkekuatan serupa dengan kedalaman 10 km juga terjadi di Jepang, pusatnya di Suruga Bay. Satu orang meninggal dalam peristiwa tersebut.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono pun memberikan ulasannya.

Baca Juga: Pemkot Jogja Siapkan Bansos Rp1,8 Juta bagi Keluarga Terdampak Covid-19

Dalam cuitan di akun Twitternya, peneliti BMKG tersebut menyebut hal yang membedakan dari kedua peristiwa serupa tersebut tak lain persoalan manajemen mitigasinya.

Berdasarkan analisisnya, banyaknya korban jiwa ketika terjadi gempa Jogja 2006 silam itu dikarenakan konstruksi bangunan yang tak siap. Ia menyebut mayoritas rumah di Jogja ketika itu tidak dirancang tahan gempa.

Peneliti BMKG, Daryono menjelaskan penyebab gempa Jogja banyak menelan korban jiwa. [@DaryonoBMKG / Twitter]

"Rumah kita saat itu tidak tahan gempa," terangnya saat menanggapi komentar netizen terkait perbedaan gempa Jogja dengan di Jepang.

Lebih jauh ia menyebut bahwa di Jepang sudah sejak lama menerapkan mitigasi struktural terkait konstruksi bangunan. Mereka sadar betul bahwa mereka hidup di atas lempengan bumi yang rentan terhadap terjadinya gempa.

"Struktur bangunan di Jepang sudah tahan gempa. Mereka sudah lakukan mitigasi struktural," ujarnya.

Baca Juga: Pemkot Jogja Pastikan Data Penerima Bantuan COVID-19 Tidak Dobel

Sementara itu netizen lainnya menambahkan bahwa pusat gempa Jogja kala itu terjadi di darat, di sesar opak daerah Kecamatan Pleret, Bantul. Tidak ada yang menduga itu gempa bumi tektonik karena gunung Merapi juga sedang aktif. Semua tertuju dan menduga itu gempa vulkanik dari Merapi.

Load More