Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Selasa, 12 Mei 2020 | 09:30 WIB
Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. Gambar sebagai ilustrasi [Shutterstock].

SuaraJogja.id - Tim Jogja yang mengembangkan ventilator kini telah mengantongi sertifikat produksi, sertifikat merek dagang, dan kerja sama distribusi dengan penyalur alat kesehatan.

Sebelumnya, Tim Jogja merupakan pengembangan bersama dari Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, PT STECHOQ, dan PT Swayasa Prakarsa,

Melansir dari Bisnis Indonesia, Kementerian Perindustrian menyebut, Tim Jogja hanya tinggal melakukan penyelesaian pengurusan izin edar sambil secara paralel menjalani uji fungsi dan uji klinis di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi mengatakan, pihaknya mendukung penghiliran dan komersialisasi produk-produk riset dan inovasi di sektor industri, termasuk yang saat ini sedang dibutuhkan untuk penanggulangan wabah virus corona atau Covid-19.

Baca Juga: Cerita Petani Tolak Bantuan Sembako: Saya Miskin, Tapi yang Butuh Banyak

Hal serupa juga dilakukan Kemenperin melalui fasilitasi percepatan produksi, kemudahan bahan baku dan komponen, alat uji dan kalibrasi ventilator, serta berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk perizinan.

Doddy menyebut, sejak April tahun ini rapat koordinasi bersama inisiator ventilator nasional dan Kemenkes yang diwakili Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) juga sudah dilakukan.

"Secara umum, keempat tim pengembang ventilator adalah Tim Jogja, Tim ITS, Tim UI, dan Tim ITB yang sedang dalam proses uji fungsi dan uji klinis, serta penjajakan kerja sama industri untuk melakukan produksi skala besar,” katanya melalui siaran pers, Senin (11/5/2020).

Tak hanya itu, Riset dukungan guna menanggulangi wabah corona juga dilakukan Kemenperin melalui sejumlah unit litbang di bwah BBPI. Salah satunya rancang bangun alat pelindung diri (APD) jenis face shield untuk tenaga kesehatan yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung.

Selain itu berbagai usaha lain juga dilakukan, seperti pengembangan cokelat rempah yang mengandung komponen bioaktif di Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makssar yang menambah imunitas.

Baca Juga: Bintangi Miracle in Cell No. 7, Vino G Bastian Ternyata Penggemar Drakor

Kemudian, pengembangan Kit Rapid Test deteksi Covid-19 dengan metode Lateral Flow Immunoassy oleh Balai Besar Industri Agro (BBIA) di Bogor). Serta pengembangan disposable masker penahan virus berbasis kertas di Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) di Bandung.

“Kami juga akan melakukan penelitian dan pengembangan Non-PCR test kit untuk mendeteksi Covid-19, yang dilaksanakan oleh oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung,” pungkas Doddy.

Load More