SuaraJogja.id - Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta, Hamam Hadiikut berpendapat terkait adanya isu pemerintah yang akan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal ini ditandai dengan adanya kebijakan tentang pengoperasian kembali transportasi darat, laut dan udara pada 11 Mei lalu. Tak lama setelahnya, pemerintah mengelurkan ijin bagi penduduk Indonesia usia kurang dari 45 tahun untuk bekerja kembali.
Sekedar catatan, sejumlah daerah di Indonesia hingga kini sudah menerapkan PSBB. Diantaranya, DKI Jakarta dan sekitarnya, kemudian disusul oleh Bandung dan pada sejak 28 April Surabaya juga menerapkan hal serupa. Namun, apakah kebijakan PSBB tersebut sudah berdampak yang signifikan saat ini?
“Pada tanggal 5 April lalu, pak Mahfud MD menghubungi kami untuk meminta saran yang konkret apa yang harus dilakukan baik itu tentang lockdown ataupun rapid test di negara Indonesia,” kata Direktur Alma Ata Center for Global Health Yogyakarta, Hamam Hadi melansir dari TIMES Indonesia di Kampus Universitas Alma Ata, Selasa (12/5/2020).
Baca Juga: Lion Air Group Kembali Layani Penerbangan Rute NTT
Hamam mengatakan, sejak awal pihaknya telah memberikan beberapa saran kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Mahfud MD. Salah satunya adalah pemberlakuan PSBB untuk wilayah Jabodetabek menjadi satu paket.
Ia meyakini, baik rapid test maupun pemberlakuan lockdown bisa sangat berdampak pada penekanan perkembangan wabah bila dilakukan dengan sungguh-sungguh, disiplin dan disertai sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
Lebih jauh, ia menambahkan , bila rapid test dilaksanakan dengan baik serta efektif maka pemerintah tidak perlu menerapkan PSBB.
“Rapid test yang benar adalah tracingnya harus cepat dan jika ada yang terindikasi positif, segera yang di sekitarnya harus diambil dengan cara yang cepat yaitu PCR,” ujarnya.
Hamam menyebut, hal ini sudah dilakukan sejak awal oleh Korea Selatan. Masyarakat di Korsel juga sangat disiplin mengikuti arahan dari pemerintah, serta secara sukarela memeriksakan kesehatannya.
“Kalau di Indonesia, sukarelawan dikit sekali bahkan ada yang lari dan sebagainya serta minimnya alat PCR,” kata Hamam.
Baca Juga: Selamat, Bunga Jelitha Umumkan Hamil Anak Pertama
Ia juga menyebutkan, kebijakan sudah dilakukan di Kota Yogyakarta meski kasus Covid-19 di wilayah ini belum menunjukkan tren penurunan.
Berita Terkait
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Trump Tarik AS dari WHO! Salahkan Penanganan COVID-19
-
Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan