Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 14 Mei 2020 | 17:10 WIB
Peserta rapid test mengantre di GOR Pangukan Sleman, Kamis (14/5/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menempatkan peserta rapid test reaktif di asrama haji bukan tanpa alasan. Pemda setempat mengakui adanya potensi ledakan jumlah kasus bila mereka yang reaktif dari klaster Indogrosir tak ditangani dengan perlakuan khusus.

Koordinator Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman Joko Hastaryo menjelaskan, memasukkan pasien reaktif dari klaster Indogrosir merupakan pilihan terbaik di antara yang kurang baik.

"Sebelum klaster Indogrosir ini kami masih bersikukuh mengharuskan rapid test reaktif dirawat di Rumah Sakit (RS) meskipun secara fisik sehat. Akhirnya harus mengakui kenyataan, ada potensi ledakan kasus konfirm saat ini, padahal kapasitas kamar isolasi RS di Sleman saat ini sangat terbatas. Jadilah Asrama Haji sebagai 'faskes' darurat untuk karantina," kata dia, Kamis (14/5/2020) sore.

Ia menambahkan, di asrama haji, diterapkan aturan dan protokol sangat ketat, mirip isolasi nonkritikal di RS. Saat ini, ada dokter yang ditempatkan di sana sebagai koordinator pelayanan, selain penambahan tenaga perawat.

Baca Juga: Geger Gadis Pembunuh Balita Pernah Diperkosa, Keluarga Hilang Tanpa Jejak

Sementara itu, bagi peserta rapid test reaktif yang memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing, mereka diperbolehkan asalkan memiliki orang yang akan bertanggungjawab mengawasi aktivitas yang bersangkutan.

Joko menambahkan, rapid test yang digelar Pemkab Sleman hasilnya akan dipetakan. Pemetaan tersebut akan menjadi bekal bagi Pemkab Sleman dalam pembuatan kebijakan berikutnya terhadap toko-toko dan supermarket serupa.

Pihaknya mengaku sedikit berlega hati melihat jumlah kasus tidak sebanyak yang ditakutkan. Kendati demikian, mereka masih menunggu hasil tes swab.

"Karena dari pengalaman pemeriksaan rapid test kemarin, ada setengah dari karyawan mereka yang positif setelah swab, setelah dinyatakan reaktif lewat rapid test," ungkapnya.

Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman Shavitri Nurmala menyebutkan, dari pelaksanaan rapid test massal pengunjung Indogrosir hari ini, Kamis, diketahui ada 500 orang yang terdaftar untuk mengikuti rapid test. Namun hanya 339 yang hadir.

Baca Juga: Marak Jualan Surat Bebas Covid-19 di Internet, Pembeli Harus Lewat WA

"Terdapat 13 yang reaktif, selebihnya negatif. Bagi yang reaktif akan difasilitasi petugas Puskesmas yang mewilayahi, untuk diantar ke pusat karantina kesehatan atau asrama haji," kata dia.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More