Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 05 Juni 2020 | 14:54 WIB
Ilustrasi Anak Belajar Online di Rumah. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Keterbatasan akses internet membuat sejumlah siswa dan guru yang berada di Desa Watugajah Kecamatan Saptosari Gunungkidul kesulitan untuk menerapkan kegiatan belajar online.

Untuk diketahui, wilayah Watugajah berada di daerah pegunungan yang cukup tinggi. Di musim kemarau misalnya, wilayah ini sering mengalami kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa harus sering membeli dari para penyedia jasa droping air. 

Selain kesulitan mengakses air, warga setempat nyatanya juga dihadapkan pada keadaan susah sinyal untuk mengakses internet. Diketahui, belum semua area di Desa Watugajah yang terjangkau internet, di antaranya yakni di padukuhan Tamansari.

Masa pandemi Covid-19 yang memaksa pembelajaran dilakukan secara online, akhirnya justru jadi kesulitan tersendiri bagi para murid maupun sang guru. Di Padukuhan ini, setidaknya ada 13 anak yang terdaftar dalam PAUD SPS Kasih Ibu. Masa Pandemi Covid19 ini, PAUD tempat pembelajaran yang semula di sekolah dialihkan dengan sistem online. Namun kendala jaringan membuat pembelajaran sering terhenti.

Baca Juga: Jelang Pengumuman Kelulusan SMP di Gunungkidul, Pelajar Dilarang Konvoi

Merasa prihatin dengan kondisi ini, staf pengajar PAUD SPS Kasih Ibu, Endah Suryatmi rela mendatangi anak-anak untuk mengajak belajar dan bermain selama masa pandemi. Ibu tiga orang anak ini menceritakan bagaimana konsep Bermain di Rumah diterapkan pada 13 anak didiknya.

"Kami sangat kesulitan dengan sistem online karena terkendala sinyal. Penyampaian materi belajarnya pun kurang maksimal. Apalagi ada wali yang teleponnya kurang memadai" jelas warga Dusun Tamansari, Watugajah ini, Jumat (05/06/2020).

Namun demikian, di tengah keterbatasan, Endah berusaha keras agar pembelajaran terhadap para siswa tetap berlangsung. Ia harus menyediakan waktu khusus untuk mendatangi para siswa. Di rumah siswa, ia berusaha menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum.

Ia bersyukur karena para orang tua sangat proaktif dalam menghadapi kendala dan situasi saat ini. Terbukti dari respon mereka yang cepat dan langsung memberikan laporan terkait hasil kerja anak-anak. 

"Mudah-mudahan, pandemi covid-19 segera pergi. Agar proses belajar mengajar bisa normal seperti sedia kala. Saya berharap ini segera berakhir ya," tambah Endah.

Baca Juga: Warga di Gunungkidul Kecolongan, Lakukan Hal Ini Setelah Positif COVID-19

Meskipun dirinya bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan hanya berstatus Guru Tidak Tetap Yayasan (GTY), ia tetap merasa memiliki kewajiban agar para siswanya tetap bisa mendapatkan hak pembelajaran seperti seharusnya. Honornya yang hanya sebesar Rp150.000 ia terima perbulan dari pemerintah desa setempat tak menyurutkan semangatnya mendatangi para siswa.

Load More