Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 08 Juni 2020 | 14:27 WIB
Pembagian Bantuan APBD Pemkab Bantul di Balai Desa Patalan, Jetis, Bantul Senin (8/6/2020). [Suarajogja.id / Mutiara Rizka]

SuaraJogja.id - Lebih kurang sudah tiga bulan masyarakat Indonesia diterpa wabah corona. Tidak hanya menggerogoti kondisi kesehatan hingga menyebabkan kematian, wabah ini turut mematikan berbagai mata pencaharian masyarakat.

Demi memutus penyebaran virus corona, banyak tempat usaha dan aktivitas yang harus dihentikan untuk mencegah terjadinya kerumunan. 

Satu dari ribuan masyarakat yang terkena dampaknya adalah Yati Sumaryati, warga Patalan, Jetis, Bantul. Merebaknya wabah corona membuat pendapatan suaminya sebagai buruh bangunan berkurang. Ia yang sehari-hari menjadi ibu rumah tangga-pun kini mulai kerja serabutan membantu tetangga sekitar. 

Belakangan ini, Yati bekerja membantu pekerjaan rumah tangga milik tetangganya. Yati biasa membantu mencuci dan menyetrika pakaian. Selain itu, Yati juga membantu menjaga kebersihan di TK dekat dengan rumahnya.

Baca Juga: Nikita Mirzani Pernah Jadikan Suami Fairuz A Rafiq Objek Fantasi Liarnya

Pendapatan yang ia hasilkan tidak menentu, bergantung seberapa besar yang diberi. Dalam sehari, Yati bisa mendapatkan upah hingga Rp 30 ribu.

"Saya gak menerima bantuan lainnya, saya sangat berterima kasih kepada pemerintah atas bantuan ini. Ini sangat membantu," kata Yati saat ditemui di Balai Desa Patalan, Jetis, Bantul Senin (8/6/2020). 

Yati mengaku ditawari oleh Kepala Dukuh untuk mendapatkan bantuan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bantul.

Sebelumnya, Yati mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Bagi Yati, bantuan ini menjadi yang pertama sekaligus angin segar di tengah dampak ekonomi wabah covid-19. 

Bantuan sebesar Rp 600 ribu yang akan Yati dapatkan selama tiga bulan tersebut akan ia gunakan untuk membayar biaya sekolah kedua anaknya yang masih duduk dibangku SMP dan SMA. Selama pandemi, kebijakan sekolah daring juga turut membebani Yati. 

Baca Juga: Indonesia Bisa Kehilangan Rp 26 Triliun dari Tudingan Kecurangan Ekspor

Dalam seminggu, untuk menunjang kebutuhan sekolah daring kedua anaknya, Yati menghabiskan setidaknya 1 Gb kuota internet seharga Rp 35.000. Selama tiga bulan penerapan sekolah daring, Yati menghabiskan hampir Rp 500 ribu untuk membeli kuota internet.

Load More