SuaraJogja.id - Pandemi virus corona mengubah tatanan kehidupan di seluruh dunia, termasuk dalam hal hidup bermasyarakat. Melalui Kongres Kebudayaan Desa, Staf Ahli Gubernur Jateng, Myra Diarsi, mengatakan pandemi mengubah peran perempuan terkait upaya pertahan dalam keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Sebab, segala jenis pembatasan untuk menekan sebaran virus menyebabkan standar kerja yang selama ini berbasis laki-laki, menjadi kurang tepat untuk diimplementasikan dalam kondisi saat ini.
"Standar kerja laki-laki itu adalah standar yang memandang laki-laki lebih produktif, logis dan rasional," ujar Myra, Jumat (3/7/2020).
Menurut Myra, untuk bertahan hidup di tengah tatanan baru yang membatasi aktivitas masyarakat, tepat untuk menerapkan standar kerja perempuan yang bertumpu pada karakter caring (asih-asah-asuh).
Dalam standar kerja welas asih ini, ia menjabarkan tiga pokok penting yakni kerja merawat kehidupan, kerja interaksi sosial-spiritual, dan kerja kegiatan hiburan.
Ia mengatakan bagaimana masyarakat harus bahu-membahu untuk membangun ketahanan pangan secara mandiri dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar.
Myra kemudian mencontohkan bagaimana perempuan-perempuan di Semarang bergotong royong menyediakan bahan pokok makanan dalam lingkup desa, mengingat saat ini akses untuk ke pasar atau penjual bahan makanan cukup sulit karena pembatasan.
"Insiatif peduli yang kental dengan sifat feminim harus ada untuk menghadapi tantangan saat kondisi pandemi ini," katanya.
Pandemi di sisi lain juga berdampak pada kehidupan perempuan dan anak. Menurut data WHO, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di berbagai belahan dunia meningkat.
Baca Juga: Imunitas Komunitas Jadi Kunci Penting Kuatkan Kemanan dan Ketertiban Desa
Dalam hal ini, desa dipandang sebagai basis yang penting untuk menciptakan perlindungan perempuan dan anak dari bahaya yang muncul selama pandemi virus corona.
Terkait ini, Myra menyebut upaya perlindungan dan pemberdayaan perempuan harus didasarkan pada karakteristik lingkungan tempat tinggal, alih-alih menggunakan perspektif kota maupun barat.
Sekedar informasi, webinar seri 6 Kongres Kebudayaan Desa yang digelar pada Jumat (3/7/2020) berupaya mengumpulkan dan menawarkan ide tatanan baru Indonesia dari desa.
Desa sebagai satuan pemerintah terkecil di Indonesia, dinilai perlu menjadi titik awal untuk merumuskan tata nilai dan tata kehidupan baru dalam bernegara dan bermasyarakat.
Pun webinar ini diharapkan bisa memberikan gagasan tentang kebijakan dan budaya antikorupsi pada pemerintah serta masyarakat desa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Tak Terdampak Erupsi Semeru, Bandara Adisutjipto Pastikan Operasional Tetap Normal
-
AI Anti Boros Belanja Buatan Pelajar Jogja Bikin Geger Asia, Ini Kecanggihannya!