SuaraJogja.id - Bagi sebagian besar anak-anak, terutama di usia sekolah, persoalan yang mereka hadapi selama masa pandemi ini adalah sulitnya belajar secara daring. Namun, di antara mereka, ada pula anak yang harus membagi waktunya untuk belajar daring sekaligus bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk di Hari Anak Nasional, yang jatuh pada setiap 23 Juli.
Sebut saja Juliyanto, siswa SMP Gotong Royong Yogyakarta yang terpaksa harus menjadi buruh untuk bisa bertahan hidup. Ayahnya, yang hanya kerja sebagai buruh serabutan, dan ibunya, yang tidak bekerja, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tujuh anaknya. Karena itu mau tidak mau, anak kelima dari tujuh bersaudara itu harus ikut bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan membantu orang tuanya.
Di sela-sela belajar daring, warga Janten RT 02 Ngestiharjo, Bantul itu bekerja membantu salah satu pemilik warung di dekat rumahnya untuk mengangkut sayur dan bahan pokok untuk dijual setiap pagi dan sore. Untuk menambah pendapatan, dia juga membantu cucu pemilik warung untuk belajar.
“Tiap hari bantu mengangkat sayur dan menata di warung sambil jualan, terus dikasih uang sama pemilik warung, ya cukuplah buat sehari-hari,” ujar Juli saat dihubungi SuaraJogja.id, Kamis (23/7/2020).
Baca Juga: Hari Anak Nasional, Mari Rayakan dengan 5 Kegiatan Menyenangkan Ini
Meski harus membagi waktu antara belajar dan bekerja di usianya yang baru 14 tahun itu, ia tidak pernah mengeluh. Pelajar kelahiran 20 Juli 2006 ini rela tak istirahat agar jam belajarnya tak terganggu jam kerjanya.
Di tengah keterbatasannya, Juli bahkan rela membantu teman-teman lainnya yang kesulitan menjalani sekolah daring. Walaupun kuota data di ponselnya tak banyak, dia meminjamkan alat komunikasi tersebut pada teman-temannya yang membutuhkan.
“Saya sambil ikut jualan juga membantu belajar cucu nenek pemilik warung karena dia anak berkebutuhan khusus slow learner jadi butuh dibantu belajar biar tidak ketinggalan pelajaran,”ungkapnya.
Juli mengaku tidak malu untuk bekerja di usianya yang muda. Kakak-kakaknya pun juga bekerja sembari sekolah. Salah satu kakak perempuannya yang juga lulus dari SMA Gotong Royong juga bekerja sebagai buruh pabrik tahu di sela sekolah.
Yang penting buatnya, ia tidak menyusahkan kehidupan orang tuanya, yang memang kekurangan secara ekonomi. Apalagi, masih ada dua adiknya yang harus diurus.
Baca Juga: Animasi Anak Muslim di Poster TVRI Rayakan Hari Anak Dikecam Publik
“Yang penting halal dan saya masih bisa terus sekolah walaupun harus kerja apa pun,” tandasnya.
Berita Terkait
-
5 Daftar Student Exchange Buat Tahun 2025: Syarat, Benefit dan Deadline
-
Kampanye Akbar Pilwalkot Bima Ricuh, Seorang Pelajar Meninggal Ditikam Senjata Tajam
-
Strategi Bijak Sebelum Mengejar Impian Beasiswa Ke Luar Negeri
-
3 Acne Serum Mengandung BHA Ramah di Kantong Pelajar, Harga Rp25 Ribuan
-
Perbedaan Hari Anak Sedunia, Hari Anak Internasional dan Hari Anak Nasional
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Antam Masih Bertahan Tinggi di Level Rp1.541.000/Gram Pada Akhir Pekan
-
Sambut Presiden dengan Kemewahan, Mercedes-Maybach S650 Pullman Jadi Tunggangan Prabowo di Abu Dhabi
-
Tangan Kanan Bongkar Shin Tae-yong Punya Kendala di Timnas Indonesia: Ada yang Ngomong...
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
Terkini
-
Fadli Zon: Indonesia Tak Boleh Lengah Usai Reog, Kebaya, dan Kolintang Diakui UNESCO
-
Dukung Pemberdayaan Disabilitas, BRI Hadir di OPPO Run 2024
-
Tak Gelar Kampanye Akbar, Paslon Harda-Danang Lakukan Hal ini di 17 Kapanewon
-
Latihan Intensif Tak Berdampak, PSS Sleman Dipermalukan Tamunya PSBS Biak
-
Menteri Kebudayaan Buka Pekan Warisan Budaya Takbenda di Jogja, Optimisme Jadikan Kebudayaan Indonesia Mendunia