SuaraJogja.id - Kisah inspiratif dibagikan oleh pengguna Facebook Ridwan Suryanagara. Ceritanya dalam memanfaatkan uang jimpitan untuk membantu pelaksanaan sekolah daring menarik perhatian warganet. Selain penyediaan akses internet gratis, hasil iuran tersebut juga digunakan untuk membeli tinta printer dan proyektor serta memberikan ongkos untuk guru yang datang mengajar ke kampung.
Ridwan mengatakan bahwa ia merupakan Kepala Rukun Tetangga (RT) di daerahnya. Sesuai dengan kesepakatan bersama, ia mengajak warga di sekitarnya untuk mengumpulkan iuran senilai Rp1.000 setiap harinya. Uang tersebut diletakkan di toples depan kediaman masing-masing.
Setiap akhir bulan, anggota karang taruna akan mengambil jimpitan tersebut. Totalnya setiap rumah menghasilkan Rp30.000. Tanpa menghitung jumlah anak di tiap rumah, semua warga memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dari 55 Kepala Keluarga (KK) yang ikut membayar iuran, setiap bulannya mereka mendapatkan Rp1.600.000.
"Dari Rp1,6 juta yang terkumpul, Rp600 ribu untuk membayar akses Indihome 50 mbps," tulis Ridwan dalam keterangannya.
Baca Juga: Kritik Sistem Sekolah Online, Anji: Energi Orang Tua Tersedot
Ridwan menjelaskan, sisa uang Rp1 juta digunakan untuk membeli kertas HVS beberapa rim dan membeli tinta printer. Anak-anak yang membutuhkan untuk tugas sekolah bisa memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa perlu pergi ke warnet lagi. Sisa uang itu juga masih cukup untuk membayar biaya ongkos guru yang datang mengajar di kampung.
Selain WiFi untuk publik, di balai RT juga disediakan komputer hasil sumbangan dari orang mampu di kampung tersebut. Anak-anak yang tidak memiliki ponsel dipinjami ponsel dari anak-anak karang taruna yang mengurus kegiatan belajar mengajar di kampung tersebut.
Remaja yang baru lulus SMA, SMK, dan D3 yang masih menganggur dipekerjakan untuk membimbing anak-anak di sana dengan imbalan Rp20.000/hari. Imbalan itu diambil dari uang kas RT. Dengan solusi tersebut, Ridwan menyebutkan bahwa orang tua yang bekerja masih bisa melakukan kegiatannya.
Anak muda yang tidak memiliki kegiatan diberdayakan untuk membimbing anak-anak lainnya. Mereka juga mengumpulkan uang untuk membeli proyektor kecil. Gunanya, agar materi pelajaran bisa disaksikan bersama, terutama oleh anak-anak yang tidak mendapatkan akses ponsel.
Anak-anak juga dinilai menjadi lebih fokus melihat satu layar besar bersama dibandingkan menatap ponsel masing-masing. Ridwan juga mengatakan, meski diberdayakan oleh warga kampungnya, tetapi ia tidak melarang anak dari wilayah lain untuk ikut belajar di tempat tersebut.
Baca Juga: Mengenal Recehan Sehat Jawara Virtual Hackthon BPJS Kesehatan
"Kalau ada anak yang dari luar kampung mau ikut belajar dikarenakan tidak mempunyai hp ya kami persilahkan dengan catatan diperiksa dulu setiap hari kesehatannya, ikutin aturan di kampung kami," tulisnya.
Berita Terkait
-
BP Tapera Tetap Kukuh Tapera Bukan Iuran, Tapi Tabungan
-
Ilmuwan Ungkap Berat Internet: Infrastruktur Digital Ternyata Lebih Kompleks dari yang Kita Kira
-
Cek Fakta: Pemerintah Naikkan Iuran BPJS Jadi Rp400 Ribu
-
Sinergi Inti (INET) Gandeng Surge (WIFI) Perluas Jangkauan di Jawa Barat
-
Emiten WIFI Gandeng Nokia Buat Jaringan Internet Murah di Pulau Jawa
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali