Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 30 Juli 2020 | 12:47 WIB
Curhat pemilik kafe yang pengunjungnya pakai piyama - (Twitter/@customerbacot)

SuaraJogja.id - Berniat mengungkapkan kekesalan di media sosial, seorang pemilik kafe yang menyediakan fasilitas rooftop justru mendapat serangan dari warganet. Sebab, isi curhatannya adalah tentang seorang customer yang datang ke kafe mengenakan piyama.

Curhatan di Instagram itu kini viral di Twitter seusai dibagikan melalui akun @customerbacot pada Rabu (29/7/2020). Terdapat empat tangkapan layar IG stories pelaku yang disertakan pada kicauan tersebut.

Pada salah satu story, pemilik kafe itu menceritakan beragam pakaian pengunjung yang menurutnya tak pantas, di antaranya mukena, daster selutut, sandal jepit, hingga kain batik untuk menggendong anak.

Selain itu, ia juga nyinyir soal pengunjung di kafenya yang tidak merias wajah, sehingga terlihat seperti orang bangun tidur.

Baca Juga: Cibir Pelanggan yang Pakai Sandal Jepit, Pemilik Kafe Ini Panen Hujatan

"Gue bisa downgrade shay," tulisnya.

Dirinya juga mengungkapkan bahwa sandal jepit tidak seharusnya dipakai untuk masuk kafe karena baginya "sandal jepit macam ini pantasnya paling jauh gaulnya ke Alfa/Indomaret depan kompleks, enggak pantas kalau gaul ke rooftop."

Ia bahkan mengunggah potret seorang pengunjung yang tampaknya diambil secara diam-diam. Di foto itu satu pengunjung tersebut duduk mengenakan kaus lengan panjang dan celana panjang biru muda.

Curhat pemilik kafe yang pengunjungnya pakai piyama - (Twitter/@customerbacot)

BACA CUITANNYA DI SINI.

"Ini sempat gue foto yang pakai piyama + udah pasti sandal jepit (enggak mungkin dong dese pakai high heels). Sepet enggak sih guys lihatnya? Makanya keluarlah peraturan dilarang pakai baju tidur dan sandal jepit," ungkapnya.

Baca Juga: Larang Pelanggan Masuk Pakai Sandal Jepit, Pemilik Kafe Dikecam

Curhatan tersebut dibagikan ke Twitter dengan cuitan yang berisi kritik untuk si pemilik kafe. Ia dianggap tak menghargai pengunjung, tapi di sisi lain bisa cukup dimaklumi karena kemungkinan khawatir segmen pasarnya tak sesuai dengan yang sudah ia tentukan.

Load More