Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 04 Agustus 2020 | 07:21 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual, pelecehan seksual - (Suara.com/Ema Rohimah)

SuaraJogja.id - Viralnya kasus pelecehan seksual berkedok riset yang dilakukan Bambang Arianto membuka fakta baru. Selain memanfaatkan riset soal swinger atau bertukar pasangan, ia juga memanfaatkan rasa iba korbannya untuk menyeret arah perbincangan ke ranah pornografi.

Salah seorang korban yang dihubungi SuaraJogja.id berinisial ID mengaku telah menemui Bambang Arianto bersama korban lain. Pertemuan tersebut dilakukan sebelum tulisan dan video pengakuan Bambang viral di media sosial, Minggu (2/8/2020).

ID yang juga cukup lantang berbicara di akun media sosial Facebook miliknya menyebut, bahwa Bambang yang juga sebagai dosen ini telah melakukan aksinya sejak 2014 silam.

"Dia bilang (korban) banyak, tidak dia hitung. Namun seminggu biasanya ada yang baru. Dirinya mengaku sendiri. Jika seminggu satu (korban), berarti dalam satu tahun ada 52 bulan. Ini dari 2014, berarti 52 dikalikan 6 tahun. Itu ada sekitar 300-an (korban). Dia bilang tidak menghitung banyak," terang ID dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (3/8/2020).

Baca Juga: Bayi Perempuan Ditemukan Meninggal di Tempat Sampah di Sleman

ID melanjutkan modus dalam melakukan aksinya, Bambang memang memanfaatkan riset atau penelitian swinger sebagai modusnya. Tak hanya penelitian, Bambang juga biasa membuka pembicaraan dengan curhat masalah rumah tangganya, orang tua, ajakan bisnis, dan berbagai keluhan lainnya.

Bambang disebut memanfaatkan rasa empati para korban agar bersedia mendengar permasalahannya. Sebelum akhirnya menyeret percakapan ke ranah pornografi.

"Ada yang menyamar dia sebagai istrinya, menggunakan akun istrinya, sedih nangis, tidak tahu harus bagaimana. Suami saya kayak gitu. Saya diajak swinger oleh suami saya. Modusnya banyak. Padahal dia lakukan sendiri," kata ID. 

Sejauh ini, lanjut ID, Bambang menggunakan komunikasi virtual untuk menghubungi korban. Terkadang perbincangan vulgar dilakukan dengan mengirim foto atau video porno lewat chat WhatsApp, Facebook, maupun sambungan telepon.

ID mengaku bahwa ia sempat menjadi korban pada 2019 lalu. Modus yang dipakai adalah penelitian soal swinger dengan konten pembicaraan yang malah tak menjurus ke metode riset.

Baca Juga: Menginap di Hotel dengan Istri, Pria Asal Sleman Mendadak Tewas

"Semalam, saya dapat sekitar 30 screenshot, dari perempuan (korban) itu, isinya detil, vulgar. Dan kaya novel biru begitu. Dia memang menikmati menceritakan begitu pada orang. Dia menyalahgunakan rasa iba perempuan," sambungnya.

ID pun menyebut Bambang tak segan berbuat vulgar di depan korbannya. Seperti pada tahun 2015 di mana Bambang yang tengah berkonsultasi akan permasalahannya malah melakukan hal tak senonoh di depan psikolognya.

"Meskipun psikolognya bersedia memberi kesaksian," kata ID.

Perbuatan Bambang dikatakan ID sempat dipolisikan pada kisaran  tahun 2004-2005 silam. Namun hal itu tak membuatnya jera untuk memuaskan fantasi seksualnya. 

ID menjelaskan per hari ini (Senin) ada 30-40 orang mengaku korban Bambang yang saling berkonsolidasi. Mayoritas, alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, sama seperti Bambang. ID masih memikirkan langkah hukum seperti apa yang akan mereka ambil terhadap persoalan ini.

"Kami masih terus koordinasi, jadi saya berhubungan dengan para psikolog yang juga jadi target dia. Karena, komunitas yang dia target banyak, psikolog, orang biasa, dengan berbagai modusnya. Kami mengumpulkan bukti-bukti kejadiannya. Karena, kejadian ada yang lama dan baru, ada yang masih menyimpan (bukti), ada yang sudah tidak korban simpan" ungkap ID.

Load More