SuaraJogja.id - Perak tampaknya menjadi salah satu perhiasan yang tak seberuntung emas. Meski sama-sama cantik, harga kedua logam mulia itu berbeda jauh.
Begitu pula nasib perak di sentra kerajinan Kotagede, Yogyakarta. Lesunya bisnis perak membuat para perajin tak lagi banyak memproduksi perak.
Padahal, perak selama ini amat lekat dengan Yogyakarta. Sejarah mencatat, perak Kotagede muncul sejak Kerajaan Mataram Islam pada abad 16 Masehi.
Kerajinan perak, yang awalnya hanya produk terbatas bagi kalangan keraton, perlahan bertransformasi menjadi industri. Masyarakat Belanda yang tinggal di negara koloni memberikan andil yang cukup besar yang mengubah wajah industri perak Kotagede.
Baca Juga: Curhat Kesulitan Ekonomi ke Raffi Ahmad, Mpok Atiek Dikasih Rp 11 Juta
“Di Kotagede, sejak krisis ekonomi pada 1998, banyak kolektor atau perajin perak, mereka menjual dalam bentuk kiloan, kemudian dilebur. Sampai saat ini peleburan masih terjadi,” ujar Kepala Seksi, Koleksi, Konservasi, dan Dokumentasi Museum Sonobudoyo Eri Sustiadi di sela pembukaan pameran perak Kotagede “Rajata, Perak dan Kisah Diantaranya”, Selasa (4/8/2020).
Karenanya, Sonobudoyo mencoba menyelamatkan koleksi-koleksi kerajinan perak kuno yang masih tersisa. Sebagian koleksi diambil dari para perajin di Kotagede yang menjualnya dengan harga cukup mahal. Sebagian koleksi lainnya didapat dari Java Instituut.
Untuk itu, Museum Sonobudoyo mencoba menyelamatkan koleksi-koleksi kuno agar tak makin banyak dilebur. Meski masih kecil, saat ini sudah sekitar 300 koleksi perak yang berhasil dimiliki Sonobudoyo.
Sebanyak 20 koleksi diambil dari perajin perak di Kotagede. Koleksi tersebut berasal dari tahun 1930-an, seperti tea set atau tempat minum teh, mangkok, stempel, dan wadah rokok.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 75 koleksi perak Museum kemudian dipamerkan dalam Rajata kali ini. Selain perak asal Kotagede, perak yang pernah dipakai Keraton Yogyakarta juga ikut dipamerkan.
Baca Juga: Shireen Sungkar Luncurkan Koleksi Perhiasan Emas
“Misi kami tidak hanya memamerkan, tapi juga preservasi perak. Dengan demikian, masyarakat dan stakeholder tergerak untuk ikut melestarikan koleksi perak yang ada di masyarakat,” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Diakui UNESCO Sebagai Karya Agung Budaya Dunia, Museum Nasional Pamerkan Lebih dari 200 Keris Indonesia
-
Pernikahan Dengan Nuansa Tradisional Masih Diminati Generasi Muda, Cari Inspirasinya di Sini
-
Tampil Cetar, Perhiasan Ratusan Juta Syahrini Bikin Netizen Speechless: Kinclong
-
Haru! Ibu Maafkan Anak yang Curi Perhiasannya, Kasus Dihentikan Kejagung Lewat Restorative Justice
-
Melihat Perjalanan Perupa Korsel Hyun Nahm di Indonesia Lewat Pameran Kawah Ojol
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Meutya Hafid Copot Prabu Revolusi, Tunjuk Molly Prabawaty Jadi Plt Dirjen Kementerian Komdigi
- Ragnar Oratmangoen ke Media Belanda: Mimpi ke Piala Dunia itu...
- Segini Kekayaan Prabu Revolusi: Dicopot Meutya Hafid dari Komdigi, Ternyata Komisaris Kilang Pertamina
- dr. Oky Pratama Dituding Berkhianat, Nikita Mirzani: Lepasin Aja...
Pilihan
-
Bagaimana Jika Bumi Tidak Memiliki Atmosfer?
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
-
Review Jelly Master, Game Mukbang Gratis yang Menggemaskan
Terkini
-
Keroyok dan Bacok Orang saat Tawuran, Polisi Amankan 11 Orang Dewasa dan Anak-anak
-
Yuk Dapatkan Diskon Biaya Provisi 50% Sambut HUT ke-129 BRI, Ini Daftar Program Special BRIguna
-
Warga Keluhkan Bau Busuk dari Sejumlah TPST di Sleman, Ini Langkah yang Dilakukan DLH
-
Temui Endah Subekti-Joko, Bupati Petahana Gunungkidul Sunaryanta Akui Kekalahannya
-
Damkar Kota Jogja Evakuasi Buaya Sepanjang 3 Meter, Diduga Peliharaan Warga yang Lepas