Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Rabu, 05 Agustus 2020 | 08:38 WIB
Prof Cornelis Lay (ugm.ac.id)

SuaraJogja.id - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Cornelis Lay meninggal dunia pada Rabu (5/8/2020) pagi. Melalui berita lelayu, kabar ini disampaikan secara langsung oleh UGM. Cornelis mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Jenazah direncanakan akan dimakamkan pada Kamis (6/8/2020) sekitar pukul 114.00 WIB di makam UGM Sawitsari, Sleman Yogyakarta. Jenzaha juga disemayamkan di Balairung UGM sekitar pukul 13.00, berangkat dari rumah duka pukul 1200 WIB.

Cornelius Lay dikukuhkan sebagai guru besar pada 6 Februari 2019, saat berusia 60 tahun, Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM ini dikukuhkan di Balai Senat, Gedung Rektorat UGM, dengan dipimpin oleh Dewan Guru Besar (DGB) UGM.

Prof. Cornelis Lay dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan” turut menyajikan hasil refleksi beliau atas dilema yang dihadapi intelektual ketika berhadapan dengan kekuasaan.

Baca Juga: Guru Besar UGM Cornelis Lay Meninggal Dunia di RS Panti Rapih Yogyakarta

“Usaha menemukan jalan ketiga ini berangkat dari optimisme saya bahwa “all good things can go together”. Dalam hal ini, saya meyakini bahwa kekuasaan dan ilmu pengetahuan lahir dan bertumbuh di atas cita-cita pembebasan manusia dan pemuliaan kemanusiaan,” ungkap Profesor Cornelis Lay saat itu.

Dalam pengukuhannya tersebut, turut hadir sejumlah politikus dari PDIP seperti Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Djarot Saiful Hidayat. Tampak pula Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Mensesneg Pratikno, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menlu Retno, Menhub Budi Karya Sumadi dan sejumlah tokoh lainnya.

Suami dari Jeanne Cynthia Lay Lokollo ini memang memiliki hubungan cukup dekat dengan partai berlambang banteng tersebut. Hal ini ditunjukkan bagaimana cara ia mengucapkan terima kasih kepada Megawati Soekarno Putri dan para tokoh PDIP waktu itu.

"Untuk Mbak Megawati Soekarnoputri, alm. Mas TK (Taufik Kiemas), dan tokoh-tokoh partai politik terutama dari PDI hingga generasi PDI Perjuangan, ucapan terima kasih saya haturkan untuk rangkaian pengalaman yang saya alami bersama,” ucapnya saat itu.

Sosok yang juga sempat menjabat sebagai Kepala Research Center for Politics and Government (PolGov) di Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM ini juga dikenal sebagai sosok yang mengidolakan Soekarno.

Baca Juga: Dubes India untuk Indonesia Tertarik Investasi di Perusahaan Obat di Jateng

Kekagumannya pada presiden pertama RI tersebut ditunjukkan dengan aktifnya ia di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) semasa menempuh masa perkuliahan.

Lahir tanggal 6 September 1959 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Cornelis Lay memperoleh gelar Bachelor of Arts (B.A.) dari Jurusan Ilmu Pemerintahan (sekarang Jurusan Politik dan Pemerintahan) Fisipol UGM pada 1984.

Pada tahun 1987, ia meraih titel Doktorandus (Drs.) dari jurusan dan perguruan tinggi yang sama. Tak lama ia kemudian mengabdi di almamaternya sebagai staf pengajar sekaligus peneliti Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Sosial.

Cornelis Lay kemudian melanjutkan studi di St. Mary’s University, Halifax, Kanada, dan merengkuh gelar Master of Arts (M.A.) dalam bidang International Development Studies pada 1992. Dan kembali mengabdikan diri di UGM, Cornelis Lay pernah menjabat sebagai Kepala Unit Penelitian serta Pembantu Dekan III Bidang Penelitian dan Kerja Sama (2008-2010) Fisipol UGM.

Tidak hanya itu, Cornelis juga sempat ditunjuk menjadi Kepala Biro Politik dan Pemerintahan Dalam Negeri di Kantor Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Cornelis juga menuliskan karyanya dalam bentuk buku, salah satunya yakni karyanya bersama Prof. Dr. Pratikno dengan judul “From Populism to Democratic Polity, Problems and Challenges in Solo, Indonesia”.

Karya ini terhimpun dalam buku Democratisation in the Global South: The Importance of Transformative Politics (2013) suntingan K. Stokke dan O. Törnquist.

Bersama Wawan Mas’udi, ia juga pernah berperan sebagai editor untuk buku berjudul The Politics of Welfare: Contested Welfare Regimes in Indonesia yang diterbitkan pada 2018 lalu.

Di tahun yang sama, tulisan Cornelis berjudul “Hometown Volunteers: A Case Study of Volunteers Organizations in Surakarta Supporting Joko Widodo’s Presidential Campaign” dimuat dalam Copenhagen Journal of Asian Studies.

Dalam Pemilu Presiden 2014 lalu, Cornelis dipercaya pula sebagai Ketua Tim Ahli dan Pakar Politik Tim Pemenangan dan Perumus pasangan capres cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Load More