Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 13 Agustus 2020 | 08:33 WIB
Ilustrasi masker. (Pexels/Billy Markus)

SuaraJogja.id - Dokter Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr Mahatma Sotya Bawono, membantah pesan berantai yang mengklaim bahwa masker bisa menyebabkan gas buang pernafasan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Pesan tersebut belakangan beredar di media sosial serta grup-grup aplikasi percakapan hingga membuat heboh publik.

"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," tegas dokter pesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher (THT KL) ini, Rabu (12/8/2020).

Dia menyampaikan, penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan.

Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida, begitu juga untuk kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.

Baca Juga: Sempat Berseteru, Dokter Tirta Ikut Sedih Jerinx SID Dipenjara

"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," jelasnya.

Pria yang akrab disapa Boni ini melanjutkan, penggunaan masker justru dianjurkan di masa pandemi sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19 ketika beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Penelitian menyebutkan, masker terbukti efektif mengurangi transmisi virus corona yang berukuran nanometer. Namun begitu, masker termasuk jenis N-95 masih bisa ditembus oksigen dan karbondioksida, sehingga tidak mengganggu sirkulasi udara dalam pemakaiannya.

"Masih ada celah untuk udara bertukar. Kalau tidak tembus sama sekali, 3 menit setelah pemakaian masker bisa langsung pingsan," terang dia.

Boni lantas meminta masyarakat untuk tidak khawatir menggunakan masker karena jelas aman bagi kesehatan dan bisa melindungi diri dan orang lain dari penyebaran virus corona.

Baca Juga: Indonesia Ingin Sekolahkan Banyak Dokter Umum Jadi Dokter Spesialis

Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat umum untuk tidak memakai masker N-95 karena masker tersebut lebih dibutuhkan tenaga kesehatan.

"Memakai masker N-95 memang kurang nyaman serta melelahkan, dan ini memang hanya untuk nakes yang berhubungan langsung dengan pasien Covid-19. Karenanya, masyarakat umum cukup memakai masker kain tiga lapis dengan memperhatikan cara penggunaan dan melepas yang benar," kata dia.

Dokter spesialis paru RSA UGM, dr Siswanto, menambahkan, pemakaian masker aman dan tidak mengganggu fungsi paru-paru, bahkan saat berolahraga. Sebab, dari sisi fisiologis, kapasitas paru-paru manusia jauh lebih tinggi hingga 200 kali dari kapasitas jantung dan pembuluh darah.

"Bahkan ada jenis masker khusus yaitu elevated training mask yang biasa digunakan untuk melatih kebugaran," ungkapnya, dalam rilis Humas UGM.

Terkait kasus meninggalnya pesepeda saat memakai masker, Siswanto menjelaskan, hal itu lebih disebabkan gangguan pada jantung atau pembuluh darah, bukan fungsi paru-paru.

"Penggunaan masker dapat menurunkan risiko tertular Covid-19 dan tidak ada perbedaan dampak negatif pada fungsi paru maupun parameter metabolik," jelas dia.

Load More